Kepala Bappenas: Pertumbuhan Ekonomi Belum Diikuti Pemerataan

Jumat, 8 September 2017 19:54 WIB

Dua pria mencari logam di dasar sungai di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (17/5). Angka kemiskinan nasional pada 2009 berkisar 12-13,5 % atau lebih rendah dari 2008 yang mencapai 15,4 %. Tempo/Panca Syurkani

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum bisa diikuti oleh pemerataan. Dengan kata lain masih ada kesenjangan dari aspek pendapatan.

Bambang menyebutkan setidaknya ada empat hal yang mendorong terjadinya ketimpangan. Keempat hal itu adalah timpangnya akses layanan dasar, kualitas pekerjaan, pendapatan dan aset, serta rendahnya jaring pengaman. "Jadi pemerintah masih harus mengintervensi (tekan ketimpangan)," kata Bambang dalam diskusi di Jakarta, Jumat, 8 September 2017.

Menurut Bambang, fokus intervensi pemerintah ialah kepada kelompok masyarakat kelas bawah yang mencapai angka 40 persen dari total penduduk Indonesia. Pernyataan ini juga menanggapi data tren ketimpangan (gini ratio) cenderung menurun sepanjang lima tahun terakhir.

Pada September 2012 hingga September 2016, gini ratio Indonesia berturut-turut sebesar 0,41 ; 0,41 ; 0,41 ; 0,40 dan 0,39. Meski demikian, lanjut Bambang, penurunan gini ratio tidak selalu konsisten diikuti dengan penurunan kemiskinan.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Bambang menyatakan dalam 16 tahun terakhir tercatat rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di posisi 5,3 persen. Ke depan, kata dia, pemerintah memilih untuk mengejar pertumbuhan yang berkelanjutan dibandingkan menargetkan pada posisi yang tinggi.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan persoalan ketimpangan lazim dialami oleh negara-negara. Cina saja gini rationya menyentuh level 0,5.

Isu ketimpangan menjadi sensitif di Indonesia lantaran pendapatan per kapita penduduk rata-rata ada di posisi yang tanggung, yaitu sekitar US$ 3.800 per tahun. "Cina pendapatan rata-ratanya US$ 9.000. Sementara yang terendah kisaran US$ 2.000. Jadi relatif tidak sensitif," ucapnya.

Menurut Tony, langkah yang dilakukan pemerintah sudah tepat untuk menekan angkat kesenjangan, yaitu dengan pembangunan infrastruktur. Ia berharap pemerintah menaikkan anggaran untuk infrastruktur. "Tidak ada solusi yang tunggal, jadi harus dikeroyok (antarlembaga).”

ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

4 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

18 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

22 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

1 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Bambang Brodjonegoro Menjadi Komisaris Independen Astra

4 hari lalu

Bambang Brodjonegoro Menjadi Komisaris Independen Astra

PT Astra International Tbk. (ASII) menetapkan jajaran komisaris dan direksi baru.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

6 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya