Indef Ikuti IMF Kritik Proyek Infrastruktur Banyak Digarap BUMN

Reporter

Editor

Budi Riza

Jumat, 25 Agustus 2017 21:00 WIB

Proyek pembuatan saluran air pencegah banjir di Gede Bage, Bandung, Jawa Barat, 2 Januari 2017. Pemerintah menggelontorkan anggaran Rp 20 miliar hanya untuk pembuatan infrastruktur pengendali banjir di Gede Bage dari total lebih dari Rp 300 miliar untuk menangani banjir di wilayah Bandung Raya. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudhistira, mengkritisi penggunaan utang untuk pembangunan proyek infrastruktur, yang dilakukan pemerintah.

Dia menilai penyaluran utang untuk pembangunan infrastruktur kurang tepat karena pengerjaan proyek-proyek itu dikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara. "Ada yang salah dari model infrastruktur kita," kata Bima dalam diskusi di Restoran Warung Daun, Jakarta, Jumat, 25 Agustus 2017.

Dia menerangkan, 87 persen proyek dikuasai oleh perusahaan skala besar. Jika proyek-proyek dikuasai BUMN maka utang hanya akan dirasakan manfaatnya oleh BUMN. "Bukan oleh masyarakat."

Baca: Menteri Agama: Dana Haji Boleh untuk Pembangunan Infrastruktur

Bima juga menyoroti turunnya pertumbuhan industri logam dasar. Penurunan itu terjadi di saat pembangunan infrastruktur tengah digenjot. "Kita wajib bertanya dari mana besi dan baja yang digunakan untuk proyek infrastruktur. Dari mana logikanya, infrastruktur dibangun tapi besi dan baja nasional tidak terserap?" ujarnya.

Baca: Menteri Basuki: Pembangunan Infrastruktur Ibarat Rock and Roll

Bima lantas meminta pemerintah memperbaiki kebijakan pembangunan infrastruktur. Dia berpendapat proyek-proyek infrastruktur yang dibangun pemerintah tidak boleh dikuasai oleh BUMN. "Berikan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan swasta untuk membangun proyek-proyek infrastruktur," kata Bima.

Johnny G. Plate, politikus Partai NasDem di Dewan Perwakilan Rakyat, justru mengatakan pemberian proyek-proyek infrastruktur kepada BUMN tepat sepanjang BUMN tersebut memiliki kapasitas untuk mengerjakan proyek. "Lagi pula, di balik BUMN, ada vendor, ada pabrik-pabrik dan swasta. Kalau BUMN sudah over capacity masih diberi (proyek), ini baru masalah," kata Johnny.

Sebelumnya, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim meminta pemerintah Indonesia berhenti menganakemaskan BUMN dalam pengerjaan membangun proyek infrastruktur. Dia meminta pemerintah lebih banyak membuka peluang dan kesempatan bagi sektor swasta untuk berpartisipasi. "Kita bisa kurangi insentif untuk BUMN, seperti jaminan murah, dana pinjaman pemerintah, dan lain-lain," kata Jim.

Jim menyatakan, dirinya paham dengan keberhasilan BUMN sehingga mereka mengincar proyek-proyek infrastruktur seperti perusahaan swasta. Namun, menurut Jim, hal itu akan membatasi partisipasi swasta.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

7 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

38 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

39 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

39 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

39 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

39 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

52 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

53 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

54 hari lalu

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya