Transaksi Hedging: BI Jelaskan Keuntungannya bagi BUMN

Reporter

Editor

Sugiharto

Senin, 21 Agustus 2017 16:30 WIB

Logo Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) supaya menggunakan dan meningkatkan transaksi lindung nilai atau hedging. Transaksi tersebut dinilai mampu mengurangi resiko yang dihadapi perusahaan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Irawan mengatakan, hedging mampu membantu mengurangi resiko saat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing tidak stabil. Saat nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, misalnya, perusahaan yang memiliki utang dalam dolar harus menanggung pembengkakan beban akibat selisih kurs.

Dengan hedging, perusahaan dapat merencanakan kebutuhan valuta asingnya dengan membayar premi kepada bank. "Jadi tidak lagi beli nilai tukar pada saat butuh dengan cara spot," kata dia di kantor BI siang ini, Senin, 21 Agustus 2017.


Bank Indonesia telah mengeluarkan beragam instumen hedging. Instrumen terbaru dikeluarkan pada September tahun lalu yaitu call spread option valas terhadap Rupiah dan interest rate swap.


Untuk mendorong penggunaan transaksi instrumen hedging tersebut, Bank Indonesia bersama Kementerian BUMN dan aparat hukum dan auditor negara untuk menyusun penyempurnaan pedoman prosedur standar operasional hedging BUMN. Pedoman tersebut disahkan Menteri BUMN pada 5 Juli 2017. Menteri BUMN juga sebelumnya telah mewajibkan seluruh BUMN untuk melakukan hedging 25 persen dari net exposure.


Selain BUMN, Perry berharap perusahaan swasta juga mulai banyak memanfaatkan hedging. Hingga triwulan pertama 2017, Perri mencatat ada 2.660 perusahaan, baik BUMN dan swasta, yang sudah melakukan hedging. Sebanyak 88 persen di antaranya melakukan hedging yang jatuh tempo tiga bulan. Sementara 90 persen dari total perusahaan melakukan hedging dengan tenor enam bulan.


Perry mengatakan data tersebut menunjukkan sudah mulai banyak perusahaan yang memiliki utang luar negeri melakukan hedging. Volume pasar valuta asing di Indonesia diklaim oleh Perry sudah lebih banyak, yaitu sekitar US$ 6 miliar per hari. "Sebanyak 40 persen di antaranya itu derivatif hedging forward, swap, dan option," ujarnya.


Advertising
Advertising

VINDRY FLORENTIN



Berita terkait

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

9 menit lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

6 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya