Neraca Perdagangan Juli 2017 Defisit USD 0,27 Miliar

Reporter

Selasa, 15 Agustus 2017 14:10 WIB

Aktifitas bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 15 Desember 2016. BPS mencatat, nilai ekspor dan impor pada November 2016 surplus sebesar 0,84 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau 840 juta dollar AS atau setara dengan Rp 10,92 triliun. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2017 mengalami defisit US$ 0,27 miliar. Adapun total ekspor Indonesia pada Juli 2017 sebesar US$ 13,62 miliar, sementara total impor US$ 13,89 miliar.

"Defisit tipis alasannya karena untuk migas terjadi defisit jauh US$ 604 juta, sedangkan surplus non migas sedikit," ujar Kepala BPS Suhariyanto, di kantornya, Selasa, 15 Agustus 2017.

Adapun surplus non migas tercatat sebesar US$ 332,9 juta. "Kenaikan impor bahan baku dan barang modal memang agak luar biasa," ucapnya. BPS mencatat impor barang modal meningkat 62,57 persen (month to month) menjadi US$ 2,36 miliar, sedangkan impor bahan baku/penolong meningkat 40,79 persen (month to month) menjadi US$ 10,43 miliar.

Total nilai impor Juli 2017 mencapai US$ 13,89 miliar atau naik 39 persen dibangkan Juni 2017. Berdasarkan golongan barang HS2 Digit, impor non migas yang meningkat utamanya adalah mesin dan peralatan mekanik US$ 618,1 juta dan kendaraan dan bagiannya US$ 522,9 juta. Untuk impor barang konsumsi tercatat menurun 3,15 persen menjadi US$ 1,09 miliar, seperti impor golongan buah-buahan yang menurun menjadi US$ 61,2 juta dan sayuran US$ 96,1 juta.



"Berdasarkan asal negara impor ketergantungan kita pada Cina sangat besar 25,84 persen dan akan berpengaruh ke neraca perdagangan," katanya.

Dari sisi ekspor, non migas masih mendominasi hingga 91,37 persen, terdiri dari sektor industri pengolahan 75,18 persen, tambang 13,84 persen, dan pertanian 2,35 persen. Untuk sektor non migas pertanian naik 19,79 persen (month to month) menjadi US$ 0,32 miliar, industri pengolahan naik 20,22 persen (month to month) menjadi US$ 10,24 miliar, dan pertambangan lainnya naik 17,88 persen menjadi US$ 1,88 miliar.

Sedangkan sektor migas menyumbang 8,63 persen dari total ekspor, dengan total nilai US$ 1,17 miliar atau menurun 7,79 persen (month to month). Untuk negara pangsa ekspor utama Indonesia adalah Cina menyumbang 12,65 persen, AS 11,51 persen, dan Jepang 9,46 persen.

"Kami melihat sudah ada perluasan pangsa ekspor ke tujuan non tradisional, walaupun nilainya masih kecil, seperti Turki naik hampir 100 persen," ucapnya.

Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor utama Indonesia berasal dari Jawa Barat 17,34 persen, Jawa Timur 10,99 persen, dan Kalimantan Timur 10,44 persen.

Suhariyanto menuturkan surplus neraca perdagangan pada Januari hingga Juli 2017 total sebesar US$ 7,39 miliar. Seperti diketahui, pada Juni 2017 neraca perdagangan mengalami surplus US$ 1,63 miliar. Adapun total ekspor Indonesia pada Juni 2017 sebesar US$ 11,64 miliar, sementara total impor US$ 10,01 miliar.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

3 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

6 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

6 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

6 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

6 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

6 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

6 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya