Virus Siber Ukraina Bangkrutkan Pengusaha hingga Rp 11,3 Triliun
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat tnr
Jumat, 4 Agustus 2017 08:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Serangan virus siber atau cyber yang melanda Ukraina telah menyebar ke seluruh dunia dan merugikan para pengusaha di Amerika Serikat dan Eropa. Reuters melaporkan sejumlah perusahaan besar mengalami kerugian finansial akibat serangan virus bernama NotPetya ini.
Salah satu yang dilaporkan merugi adalah produsen cokelat Mondelez International. Pemilik merek Cadbury ini mengalami penurunan penjualan kuartalan hingga 5 persen lantaran ada kendala operasional, seperti keterlambatan pengiriman tagihan hingga penundaan pengapalan. Semua ini disebabkan gangguan virus NotPetya yang menyerang jaringan komputer Mondelez pada 27 Juni lalu.
Baca: Begini Sosok Badan Siber dan Sandi Negara yang Diteken Jokowi
Perusahaan pelayaran Denmark, AP Moller-Maersk, juga menyatakan serangan cyber telah menyebabkan kerusakan pada sistem komputernya di seluruh dunia. Pada 20 Juli, Maersk yang menangani satu dari tujuh pengiriman peti kemas di dunia mengalami gangguan operasi dan pengaruhnya sangat signifikan. Namun manajemen Maersk mengaku tidak kehilangan data, terutama yang berhubungan dengan pihak ketiga.
Perusahaan lain yang merugi adalah produsen consumer good Jerman, Beiersdorf AG, pembuat krim kulit Nivea, DHL Grop, dan peretail Metro AG. DHL dan Metro mengatakan jaringan operasi mereka terinfeksi virus Ukraina. Di luar Jerman, virus NotPetya turut memperlambat pengiriman FedEx dan menghentikan jalur produksi pada perusahaan asal Inggris, Reckitt Benckiser. FedEx mengatakan serangan NotPetya memiliki efek “material” pada kinerja keuangan mereka tahun ini.
Cyence, konsultan perusahaan asuransi, memperkirakan bahwa biaya ekonomi dari NotPetya akan mencapai US$ 850 juta (Rp 11,3 triliun). Serangan cyber berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi yang mendekati dampak bencana alam seperti Badai Sandy pada 2012. Kerugian ekonomi rata-rata yang disebabkan oleh Badai Sandy berkisar US$ 4,6–121 miliar.
Baca pula:
Rudiantara: Perpres Badan Siber Nasional Sudah Diteken Presiden
NotPetya adalah virus atau worm yang mampu menyebar dengan cepat ke jaringan komputer. Virus ini melumpuhkan komputer dengan mengenkripsi hard drive sehingga mesin tidak dapat berjalan. Para korban rata-rata harus kehilangan waktu lebih dari sepekan untuk memulihkan kembali peralatannya, termasuk mengganti semua perangkat hard drive yang terinfeksi.
Co-head Equity Wedbush Securities, Ian Winer, mengatakan tujuh perusahaan internasional lainnya, yakni lima di Eropa dan dua di Rusia, mengakui mereka juga mengalami gangguan. “Investor harus terbiasa mendengar tentang serangan cyber yang mempengaruhi kegiatan usaha,” kata Winer. Dia menyebut tren serangan cyber meningkat dengan pesat dalam beberapa tahun dan sasarannya adalah perusahaan besar.
Analis Jefferies, David Kerstens, menaksir dampak finansial dari serangan virus siber bisa mencapai US$ 50–450 juta tahun ini. Kerstens mengatakan perusahaan seperti Maersk bisa kehilangan US$ 100–200 juta. Namun manajemen Maersk belum menyebut nilai kerugian akibat virus ini. Mereka menyatakan nilainya akan dipublikasi pada 16 Agustus dalam momen pelaporan kinerja keuangan kuartal kedua.
FERRY FIRMANSYAH