Menteri Susi: Pemberdayaan Nelayan Sulit Dijalankan, Jika ..
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat tnr
Sabtu, 15 Juli 2017 19:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Susi Pudjiastuti menyebutkan kenaikan nilai tukar nelayan selama dia menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Susi menuturkan nilai tukar nelayan yang awalnya berada di kisaran 104-105, saat ini naik menjadi 110. Sedangkan nilai tukar usaha nelayan naik menjadi 120 dari 102.
Kenaikan tersebut, kata Susi, membuat saat ini usaha perikanan tangkap bisa dibilang sangat menguntungkan. "Perikanan komoditas yang menyumbangkan deflasi, saat komoditas lain menyumbangkan inflasi karena harga naik," kata Susi Pudjiastuti saat ditemui di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Sabtu, 15 Juli 2017.
Selain itu, potensi ikan yang bisa ditangkap yang awalnya berada di posisi 6,5 juta ton mengalami kenaikan menjadi 12,5 juta ton. Begitu pun dengan konsumsi ikan masyarakat Indonesia dari 36 kilogram per kapita per tahun menjadi 41 kilogram. "Kenaikan nilai tukar nelayan terjadi saat subsidi BBM dicabut, kalau tak ada kenaikan biaya hidup bisa makin tinggi."
Menurut Susi, di masa awal ia menjabat, sektor perikanan Indonesia sama sekali tidak mencerminkan sebagai negara yang memiliki laut terpanjang kedua di dunia. "Neraca perdagangan perikanan kecil, saat kita yang terbaik."
Susi mengungkapkan dari data yang dimiliki juga ada penurunan rumah tangga nelayan dari 2003-2013, dari 1,6 juta menjadi 800 ribu saja. Selain itu saat awal menjabat ada 115 eksportir pengolahan ikan tutup, padahal ekspor perikanan Indonesia saat itu hanya berada di posisi ketiga dunia. "Dari sisi angka impor juga luar biasa tinggi."
Susi memulai langkah dengan memberantas illegal fishing yang tidak bertanggung jawab. Ia beralasan program-program pemberdayaan nelayan akan sulit dijalankan jika potensi tangkapan ikannya tidak ada.
Hal lain yang menggembirakan hatinya saat mantan Menteri ESDM Sudirman Said bercerita kepada dirinya soal surplus solar sebesar 37 persen. Ternyata surplus berasal dari kebijakan tentang kapal asing larangan menangkap ikan. Akibatnya nelayan dapat menikmati subsidi solar. "Sementara bangsa kita mengantre pakai botol air mineral untuk dapat minyak tanah atau solar."
DIKO OKTARA