Wakil Gubernur DKI Jakarta Terpilih, Sandiaga Uno, resmi membuka perdagangan saham hari ini dan meluncurkan program OK OCE (One Kecamatan One Center for Entrepreneurship) Stock Center yang telah diresmikan pada April 2017 lalu di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2 Juni 2017. Dalam pembukaan, Sandi berharap IHSG bisa terus naik sehingga bisa mencapai 6.100. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada memperkirakan laju indeks harga saham gabungan (IHSG) akan kembali variatif cenderung tertahan kenaikannya pada pekan depan atau 17-21 Juli. IHSG diprediksi berada di kisaran level support 5.800-5.822 dan resisten 5.840-5.858.
Reza mengatakan kenaikan IHSG tertahan karena masih adanya tekanan jual. Aksi jual yang marak terimbas pencapaian rekor tertinggi baru IHSG di pekan sebelumnya. "Posisi IHSG dinilai masih mahal," kata dia seperti dilansir keterangan tertulis, Sabtu, 15 Juli 2017.
Menurut Reza, pelaku pasar memanfaatkan kondisi tersebut untuk mengurangi posisi. Dampaknya, potensi IHSG untuk bertahan di zona hijau berkurang.
Potensi tertahannya kenaikan IHSG juga dipicu sentimen positif yang minim. "Minimnya sentimen positif terutama dari Rupiah yang terdepresiasi," kata dia. Harga obligasi yang melemah juga turut menghadap potensi pembalikan arah naik IHSG.
Sepekan ini, 10-14 Juli, pergerakan IHSG menguat 0,29 persen. Pekan sebelumnya, IHSG melemah -0,26 persen. Meski berbalik menguat, laju IHSG cenderung lebih banyak bergerak di teritori merah sepanjang pekan. Level tertinggi yang dicapai hanya 5.843, sementara pekan sebelumnya mencapai 5.910.
Reza mengatakan laju IHSG minim sentimen positif. "Masih adanya imbas aksi jual pasca IHSG menyentuh rekor tertinggi membuat laju IHSG kian tertekan sepanjang pekan ini," ujarnya.