Direktur Utama PT BEI Tito Sulistio berbicara di depan direksi dan komisaris PT BEI sejak 1992-2017. Tempo/Vindry Florentin
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio meminta PT Freeport Indonesia melantai di bursa dalam negeri. Freeport merupakan satu dari 52 perusahaan yang diminta bergabung di bursa karena meraup untung di Indonesia.
Menurut Tito, pendapatan terbesar perusahaan Amerika itu berasal dari Indonesia. "Wajar dong listed di sini. Masak dia dapat pendapatan besar dari Indonesia, tapi holding company listing di luar negeri," ujar dia kantornya, Jakarta, Kamis, 13 Juli 2017.
Menurut Tito, induk perusahaan Freeport pernah masuk daftar bursa efek dalam negeri pada 1994-1995. Freeport masuk melalui PT Indocopper. Sahamnya beredar sebesar 9,36 persen. "Indocopper sekarang sudah delisting," ujarnya.
Tito menambahkan, pihaknya akan terus berupaya menarik perusahaan semacam Freeport. Ada tiga aksi yang sudah disiapkan BEI. Salah satunya mempersiapkan kualitas pasar modal Indonesia.
Pelaku pasar sebelumnya enggan melantai di BEI karena khawatir terhadap likuiditas. Tito mengatakan likuiditas bursa kini sudah lebih baik hingga mencapai 340 ribu transaksi per hari. "Kami juga sudah investment grade. Alasan apa lagi untuk enggak listing?" katanya.
Cara kedua adalah menyasar perusahaan yang berutang di atas Rp 1 triliun kepada perbankan. Menurut Tito, perusahaan yang mampu mendapat pinjaman sebesar itu merupakan perusahaan yang baik.
Upaya lainnya adalah mengajak anak perusahaan badan usaha milik negara melantai. "Indonesia punya banyak proyek infrastruktur dan sudah waktunya dibiayai pasar modal. Jangan terlalu banyak dari APBN," ucapnya.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.