Darmin Laporkan Pertanggungjawaban APBN 2016 ke DPR  

Reporter

Kamis, 6 Juli 2017 15:31 WIB

Menteri Keuangan Agus Martowardojo (kanan) bersama Menteri PPN-Kepala Bappenas Armida Alisjahbana (kiri) dan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, saat mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Senin (22/10). TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 dalam rapat paripurna DPR, hari ini, 6 Juli 2017.

Pertanggungjawaban itu berupa laporan keuangan yang telah diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk dibahas sebelum mendapatkan persetujuan sebagai undang-undang. "Substansi dari RUU Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2016 adalah Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang telah diperiksa oleh BPK," ujarnya di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis.

Simak: Utang Naik Rp 17 Triliun, Menko Darmin: Masih Aman

Seperti diketahui, berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian WTP atas LKPP tahun 2016.

Darmin berujar, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pemerintah telah menyajikan laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual. LKPP tahun 2016 terdiri atas laporan realisasi APBN, laporan perubahan saldo anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan yang disertai dengan ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara, badan layanan umum (BLU), dan badan lain.

Darmin menyampaikan realisasi pendapatan negara pada 2016 sebesar Rp 1.555,9 triliun atau 87,1 persen dari APBN Perubahan 2016. "Meskipun realisasi pendapatan negara 2016 tidak sesuai dengan rencana, realisasi pendapatan tersebut meningkat Rp 47,9 triliun atau 3,2 persen dibandingkan dengan realisasi di 2015."

Realisasi pendapatan itu terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.284,9 triliun, penerimaan negara bukan pajak Rp 261,9 triliun, dan penerimaan hibah Rp 8,9 triliun.

Selanjutnya, realisasi belanja negara mencapai Rp 1.864,3 triliun atau 89,5 persen dari target APBN Perubahan 2016. Realisasi itu tercatat meningkat Rp 57,8 triliun atau 3,2 persen dibanding realisasi tahun lalu. Darmin mengatakan realisasi terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.154 triliun, serta transfer ke daerah dan dana desa Rp 710,3 triliun.

Menurut Darmin, lebih rendahnya realisasi belanja negara dari yang direncanakan dalam APBN Perubahan 2016 utamanya disebabkan oleh kebijakan pengendalian belanja yang dilakukan pemerintah. "Sehingga tingkat defisit anggaran dapat dikendalikan pada tingkat di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB)," katanya.

Darmin menambahkan, kebijakan pengendalian belanja juga dimaksudkan untuk mewujudkan APBN yang sehat dan sustainable, serta untuk mengendalikan meningkatnya pinjaman pemerintah karena tidak tercapainya target pendapatan negara. Berdasarkan realisasi pendapatan dan belanja negara itu, defisit anggaran mencapai Rp 308,3 triliun. Sedangkan realisasi pembiayaan neto untuk menutup defisit anggaran adalah Rp 334,5 triliun dan terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran (Silpa) untuk tahun anggaran 2016 sebesar Rp 26,2 triliun.

Darmin berujar saldo anggaran lebih (SAL) awal setelah penyesuaian tahun anggaran 2016 adalah Rp 108,3 triliun, dengan penggunaan SAL Rp 19 triliun dan Silpa Rp 26,2 triliun. Di samping itu, terdapat penyesuaian SAL sebesar minus Rp 2,2 triliun, sehingga saldo akhir SAL tahun anggaran 2016 adalah Rp 113,2 triliun.

Kemudian, Darmin melaporkan, posisi keuangan pemerintah yang ditunjukkan dalam neraca per 31 Desember 2016 terdiri atas aset Rp 5.456,9 triliun, kewajiban Rp 3.889,9 triliun, dan ekuitas Rp 1.566,9 triliun.

Aset pemerintah tersebut terdiri atas aset lancar Rp 304,6 triliun dan aset nonlancar Rp 5.152,3 triliun. Sementara itu, kata Darmin, kewajiban pemerintah terdiri atas kewajiban jangka pendek Rp 387,4 triliun dan kewajiban jangka panjang Rp 3.502,5 triliun.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

4 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

4 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

4 hari lalu

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

Jika penerimaan pajak terus anjlok di tengah melesatnya belanja negara, defisit APBN bisa membengkak.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

9 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

9 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

9 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per

Baca Selengkapnya

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

9 hari lalu

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

PT Bank Tabungan Negara (BTN) usulkan skema dana abadi untuk program 3 juta rumah yang digagas Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

9 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

10 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya