Pasca-Lebaran, Pasar Tradisional Mulai Ramai Diserbu Pembeli
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat tnr
Rabu, 28 Juni 2017 13:07 WIB
TEMPO.CO, BANDUNG - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memantau aktivitas pasar tradisional yang kembali bergeliat setelah relatif sepi pasca-Lebaran.
“Ada sedikit kenaikan dari harga normal karena ini hanya satu dua yang baru buka dan itu sangat tolerable. Itu pun masih jauh di bawah kondisi tidak normal pada tahun-tahun sebelumnya,” kata dia di sela-sela kunjungan ke Pasar Cihapit, Bandung, Rabu, 28 Juni 2017.
Enggar mengatakan, umumnya belum semua pedagang pasar tradisional berjualan setelah Lebaran. “Biasanya H+1, H+2, hingga H+3 kondisinya belum buka semua, lonjakan umumnya tinggi sekali,” katanya.
Simak: Tol Darurat Brebes-Batang Masih Dipadati Arus Mudik
Dia mengklaim pasokan barang dan bahan makanan relatif terjaga. “Hingga hari ini, sebenarnya merata, terutama di daerah-daerah, itu (pasokan) tetap terjaga,” ujarnya.
Berdasarkan pantauannya, lonjakan harga terjadi pasca-Lebaran relatif tidak terlalu tinggi. Harga bahan makanan beragam. Cabai, misalnya, dijual dengan harga bervariasi mulai Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram.
“Saya berterima kasih kepada pedagang yang tidak menaikkan harga seenaknya walaupun yang buka baru sedikit. Dan itu satu kesadaran yang juga sudah mulai timbul dari pedagang besar dan pedagang kecil di pasar tradisional serta peran Dinas Perdagangan dan Satgas Pangan yang membantu dan bekerja sama dengan kita untuk pengendalian harga hingga hari ini. Alhamdulillah,” ucapnya.
Enggar menuturkan sengaja memilih menyambangi Pasar Cihapit di Kota Bandung karena pasar tersebut relatif punya segmen yang berbeda dengan pasar tradisional lain di kota itu.
“Biasanya ini pasar yang termahal di Bandung ini karena dengan segmen yang di atas. Barang-barangnya terseleksi, jenis cabai dan segala macam terseleksi,” tuturnya.
Dia mengaku mengetahui tentang pasar itu dari Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang mempromosikan bahwa Pasar Cihapit punya suasana berbeda. “Saya sebenarnya lebih mau melihat pasar yang disebut wali kota itu sebagai pasar, yang suasana sebenarnya dia bikin dengan desain yang sentuhannya tidak terlalu banyak, tapi kesannya langsung berbeda,” katanya.
Enggar mencontohkan lembaran kain panjang yang dibentangkan menutupi plafon di atas jajaran los-los pasar pedagang itu serta hiasan payung-payung yang dipasang berjajar di pinggirannya menjadi ornamen hiasan bagian dalam pasar. “Pasar ini bisa dijadikan tujuan wisata bagi warga asing dan masyarakat. Pasar yang lebih friendly, kontemporer, yang lebih dekat pada masyarakat perkotaan,” ujarnya.
Suasana pasar itu relatif sudah ramai kendati sejumlah los pedagang masih kosong, terutama di deretan penjual daging. Hanya satu pedagang daging sapi dan ayam yang sudah berjualan. Satu-satunya pedagang daging sapi yang berjualan, Tono, 59 tahun, mengatakan baru mulai berjualan hari ini. “Ada rumah makan yang pesan daging, sudah janji,” ucapnya, Rabu.
Tono berujar menjual daging sapi dengan harga bervariasi mulai Rp 135 ribu per kilogram hingga yang paling mahal Rp 150 ribu per kilogram. “Kalau yang sudah bersih (dari gajih) seperti ini Rp 150 ribu (per kilogram),” tuturnya.
Menurut Tono, harga daging sapi sempat melonjak naik dari harga normal sepekan sebelum Lebaran. Selama seminggu sebelum Lebaran, harga daging sapi naik Rp 5 ribu per kilogram. “Dulu, biasanya naik bertahap, sekarang sekaligus,” katanya.
AHMAD FIKRI