Tampilan Go-Jek menambahkan layanan pemesanan taksi Blue Bird di aplikasi. Go-Jek
TEMPO.CO, Jakarta - Emiten taksi regular PT Blue Bird Tbk. mulai memperluas wilayah kerja sama dengan perusahaan aplikasi transportasi Go-Jek Indonesia ke lima kota baru setelah Jabodetabek, menyusul hasil yang memuaskan dari kerja sama yang telah dirintis kedua pihak di Jabodetabek.
Adrianto Djokosoetono, Direktur Blue Bird, mengatakan sejak perseroan mulai bekerja sama dengan Go-Jek Indonesia, ada peningkatan yang cukup signifikan dari kinerja armada perseroan. Kerja sama tersebut memungkinkan taksi Blue Bird dipesan melalui aplikasi Go-Jek di segmen Go-Car atau Go-Bluebird.
Menurut Adrianto, ritase atau jumlah pengangkutan penumpang harian oleh armada perseroan meningkat lebih baik dibandingkan tahun lalu ketika popularitas aplikasi transportasi mulai memuncak.
Meski enggan mengungkapkan tingkat persentase pertumbuhan ritase dan profit dari hasil kerja sama tersebut karena terikat kesepakatan dengan Gojek, Adrianto memastikan ada pertumbuhan positif pada kinerja bisnis perseroan.
“Realisasi kerja sama dengan Gojek hasilnya positif, ada peningkatan ritase. Atas dasar itu, kami menambah lima kota lagi yang bekerja sama dengan Gojek,” kata Adrianto, Jumat 9 Juni 2017.
Kelima kota tersebut yakni Surabaya, Semarang, Bandung, Medan dan Makassar. Emiten dengan kode BIRD ini berencana untuk terus mengembangkan kerja sama tersebut ke daerah-daerah lainnya yang selama ini telah menjadi basis operasi perseroan.
Adrianto mengungkapkan, perseroan memandang kondisi bisnis taksi pada tahun ini masih tetap menantang, terutama karena secara makro ekonomi pun kondisi bisnis dalam negeri masih sangat berat.
Di sisi lain, situasi politik yang cukup panas relatif banyak berpengaruh pada dinamika bisnis. Sementara itu, hadirnya angkutan baru berbasis aplikasi pemesanan online dengan jumlah yang massif telah merebut pangsa pasar yang selama ini dilayani angkutan umum regular, baik angkutan dengan trayek tetap maupun non trayek.
Direktur perseroan sendiri mengaku masih belum cukup yakin untuk mematok target pertumbuhan tahun ini, menimbang kondisi yang belum stabil serta menanti implementasi dari Permenhub 26/2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek.
Beleid tersebut baru akan sepenuhnya efektif mulai Juli mendatang, seiring habisnya masa transisi untuk penyesuaian dari para pelaku bisnis transportasi non-trayek.
Adrianto mengakui, kendati ada peningkatan ritase, tingkat utilisasi armada perseroan masih belum berubah dibandingkan tahun lalu, yakni masih di kisaran 70 persen. Menurutnya, situasi tersebut lebih banyak dipengaruhi olek iklim ekonomi yang memang belum cukup bergairah untuk memacu aktivitas transportasi bisnis masyarakat. Kerjasama dengan Gojek diharapkan meningkatkan ritase. BISNIS.COM
Industri Otomotif 2024: Bagaimana Proyeksi Penjualan Mobil Nasional di Tahun Politik?
24 Februari 2024
Industri Otomotif 2024: Bagaimana Proyeksi Penjualan Mobil Nasional di Tahun Politik?
Tahun 2024 bertepatan dengan kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu), bagaimana tren, proyeksi penjualan hingga dampak iklim politik terhadap industri otomotif?