Baju Koko Motif Batik Banyumasan Laris Manis Jelang Lebaran. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Statistik Harga Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti mengatakan tradisi membeli pakaian di bulan Ramadan berkontribusi terhadap inflasi.
Menurut Yunita, hal tersebut terjadi karena besarnya minat masyarakat yang ingin tampil beda saat perayaan hari raya dengan cara membeli baju baru sehingga diperkirakan akan mendorong kenaikan harga. “Sebetulnya kontribusinya tidak terlalu besar. Kalau dilihat di tahun-tahun sebelumnya juga kecil, memang ada kenaikan harga,” ucapnya di Badan Pusat Statistik, Jumat, 2 Juni 2017.
Selain baju lebaran, diperkirakan perhiasan emas juga akan mempengaruhi laju inflasi, meski bobotnya juga tidak terlalu signifikan. “Kan biasanya orang ingin tampil. Jadi beli yang gampang dijual lagi, ini menambah demand (permintaan),” kata Yunit.
Menurut Yunita, tunjangan hari raya atau THR diperkirakan ikut memicu terjadinya inflasi karena peningkatan permintaan barang. Namun Yunita berharap, pada Lebaran tahun ini hal tersebut tidak terjadi. Karena pada tahun lalu, gaji ketiga belas biasa dimanfaatkan untuk membiayai pendidikan “Mudah-mudahan tidak, tapi saya enggak mau prediksi, asal adanya gaji THR jangan menambah permintaan. Kalau demand, bisa jadi akan pengaruhi harga.”
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan gaji ketiga belas diharapkan tidak memicu inflasi. “Kami harapannya gaji ketiga belas tidak akan mempengaruhi komponen konsumsi rumah tangga terhadap inflasi,” kata dia.
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
5 hari lalu
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.