Pejabat Kemendes Suap Auditor BPK Demi WTP, Sri Mulyani Kecewa

Reporter

Senin, 29 Mei 2017 19:00 WIB

Sri Mulyani. TEMPO/Panca Syurkani

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekecewaannya pasca Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan terhadap Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Sugito yang diduga menyuap Auditor Utama BPK, Rochmadi Saptogiri, untuk mengubah status laporan Wajar Dengan Pengecualian (WDP) menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

"Saya kecewa betul dong, kalau kami dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) menangani secara serius dan melakukan pembahasan dengan BPK secara profesional," ujarnya, usai menjalani rapat kerja di Komisi Keuangan DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 29 Mei 2017.

Baca: Irjen Kemendes Diduga sebagai Aktor Utama Kasus Suap BPK

Sri Mulyani mengatakan pihaknya selama ini berupaya menjalin komunikasi dengan baik dengan BPK dan berusaha mematuhi seluruh standar dan ketentuan yang ditetapkan. "Kami memandang apa-apa yang disampaikan BPK adalah hal-hal baik untuk memenuhi standar akuntansi."

BPK sebelumnya memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas hasil audit LKPP 2016. Adapun hasil ini adalah pertama kali sejak 2004 atau 12 tahun yang lalu.

Di dalam LKPP 2016 jumlah kementerian dan lembaga dengan status WTP naik menjadi 84 persen atau 74 kementerian dan lembaga, dari tahun sebelumnya 65 persen. BPK juga memberi opini WDP pada 8 kementerian dan lembaga. BPK juga memberikan opini tidak memberikan pendapat (TMP) pada 8 kementerian dan lembaga atau 7 persen.

Simak: Kasus Suap BPK, Menteri Desa Eko Putro Siap Diaudit Lagi

Namun, Sri Mulyani berujar kasus dugaan suap itu kembali sangat mengecewakan, baik yang dilakukan oleh kementerian/lembaga atau pihak BPK sendiri. Sehubungan dengan adanya wacana bahwa terdapat kemungkinan kementerian/lembaga lain yang melakukan hal serupa, Sri Mulyani menyerahkan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum untuk menjalankan tugasnya.

Sri Mulyani pun tak menjawab pasti tentang kemungkinan dilakukan audit ulang terhadap LKPP 2016 pasca adanya kasus ini. "Mengenai status WTP sendiri tentu kita semua memiliki kepentingan agar kredibilitas dari status itu ditegakkan secara konsisten, dan apapun mekanisme saya serahkan kepada BPK."

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

4 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

2 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

3 hari lalu

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

Manajemen BRIN angkat bicara soal adanya perintah pengosongan rumah dinas di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

6 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

8 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

8 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

28 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

38 hari lalu

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

Program rice cooker gratis merupakan proyek hibah untuk rumah tangga yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

40 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Maksud PUPR Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, Kereta Ekonomi Generasi Baru

41 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Maksud PUPR Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, Kereta Ekonomi Generasi Baru

Berita terpopuler ekonomi bisnis sepanjang Jumat, 22 Maret 2024 yakni maksud PUPR sebut pembangunan IKN gerudukan dan was-was diperiksa BPK.

Baca Selengkapnya