Seorang pialang saham tengah memantau pergerakan index saham di Bank BNI, Jakarta, 1 Agustus 2016. IHSG bergerak menguat hingga hampir 2 persen, tepatnya 1,95 persen di posisi 5.317,85. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan indeks Bisnis27 melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu, 24 Mei 2017.
Indeks Bisnis 27 merupakan indeks yang terdiri dari 27 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.
Indeks Bisnis27 merosot 1,13 persen atau 5,73 poin ke posisi 500 di jeda siang dengan pergerakan di kisaran 499,42-503,17. Pagi tadi, indeks dibuka dengan pelemahan 1,14 persen atau 5,74 poin di posisi 499,99. Sebanyak 5 saham bergerak menguat, 18 saham melemah, dan 4 saham stagnan dari 27 saham anggota indeks Bisnis27.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang drop 2,59 persen menjadi penekan utama terhadap indeks Bisnis27 di sesi I, diikuti oleh saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang melemah 1,55 persen dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang melorot 1,02 persen.
Sejalan dengan indeks Bisnis27, indeks harga saham gabungan (IHSG) melorot 0,94 persen atau 53,66 poin ke level 5.676,95 di akhir sesi I, setelah dibuka dengan pelemahan 0,91 persen atau 52,22 poin di level 5.678,39.
Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak di kisaran 5.672,04 - 5.704,71.
Berikut adalah harga saham Bisnis27 di akhir sesi I :
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.