Pencurian Ikan di Bitung, Nelayan Filipina Diduga Terlibat

Reporter

Selasa, 9 Mei 2017 12:58 WIB

Api dan asap keluar dari lambung kapal nelayan asing pelaku ilegal fishing yang ditenggelamkan di perairan Bitung, Sulawesi Utara, 20 Mei 2015. Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama TNI Angkatan Laut (AL) melakukan penenggelaman puluhan kapal ikan ilegal di sejumlah daerah di Indonesia. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Tim investigasi yang dilakukan oleh tim media Jaring, Katadata, dan KBR menguak tabir praktik pencurian ikan di perairan Bitung, sebuah tempat strategis di ujung Sulawesi Utara, yang berbatasan langsung dengan negara Filipina. Tempat tersebut dikenal dengan kekayaan ikan melimpah, membuatnya menjadi surga para pencoleng ikan dari mancanega.

Baca: Curi Ikan, Kapal Asal Filipina Ditangkap Satgas

Filipina disebut-sebut sebagai salah satu negara yang terlibat dalam praktik ilegal fishing tersebut. Usai Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan moratorium terhadap eks-kapal asing di perairan Indonesia pada 2014 lalu, hal tersebut memunculkan modus operasi baru yang kian masif. Antara lain serbuan kapal-kapal kecil alias pump boat berukuran 10 gross ton, pembuatan KTP palsu untuk makhoda dan anak buah kapal (ABK) asal General Santos Filiphina, dan ditengarai sejumlah Unit Pengelolaan Ikan di Bitung juga ikut terlibat dalam beragam pelanggaran ini.

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti, hasil yang disebutkan dalam investigasi merupakan realita, bahkan ada kemungkinan ada modus-modus lain yang berkembang namun belum terkuak. “Yang kami lakukan, moratorium adalah untuk tujuan analisa dan investigasi. Saya waktu itu belum menyadari bahwa sumber daya alam tersebut sudah diambil begitu parah,” tutur Susi Pudjiastuti saat memberikan keynote speech dalam diskusi publik Merawat Surga Perikanan Bitung di Mid Plaza, Jakarta Pusat, Selasa, 9 Mei 2017.

Simak: TNI AL Tangkap Kapal Filipina Pencuri Ikan


Berdasarkan data KKP, pada 2015 terjadi penurunan produksi perikanan di perairan Bitung sebesar 65,3 persen dari 143 ribu ton pada 2014 menjadi 49 ribu ton pada 2015. Produksi ikan tersebut sekitar 63 persen adalah ikan cakalang, 19 persen ikan tuna sirip kuning, 8 persen ikan tongkol, 6 persen ikan layang, dan 4 persen jenis ikan lainnya.

Adapun berdasarkan data dari General Santos Fish Port Complex, produksi perikanan mereka justru mengalami kenaikan sebesar 12,3 persen dari 194 ribu ton pada 2014 menjadi 218 ribu ton pada 2015, yang didominasi oleh ikan cakalang sebesar 76 persen, 10 persen ikan tuna sirip kuning, dan 14 persen merupakan ikan jenis lainnya.

Pencurian ikan di Bitung dilakukan dengan berbagai modus. Dari hasil investigasi menunjukkan, salah satu tempat di General Santos, Tiongson Arcade, menyajikan berbagai hidangan laut. Seorang pemilik restoran mengaku, pasokan tuna itu berasal dari Bitung, dan ada pemasok yang rutin mengirimkan. “Kebanyakan berasal dari Indonesia, Thailand, Vietnam, bahkan Maladewa,” tuturnya.

Seorang pemain lama di sektor penangkapan ikan di Bitung bercerita, sebagian kapal eks-asing di sana sesungguhnya hanya berpindah tangan di atas kertas, namun pemilik aslinya merupakan pemilik modal asal Filipina, lokasi kapal itu dibuat. Adapun wakga negara Indonesia yang menjadi perpanjangan tangan pemodal di Filipina dikenal sebagai agen, yang tak hanya mendapatkan royalti per bulan, tetapi juga mendapatkan keuntungan dari biaya pengurusan izin dan persentase tertentu dari jumlah penangkapan ikan.

Ada juga modus pembuatan KTP palsu untuk nakhoda dan ABK asal Filipina yang menyusup menggunakan ratusan pump boat. Menurut catatan Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Bitung, pada 2015 terdapat 34 perkara pidana perikanan menggunakan kapal berukuran di bawah 10 gross ton dan melibatkan nelayan asal Filiphina. Angka tersebut melonjak 45 perkara di 2016. Dengan hanya membayar Rp 500 ribu kepada seorang lurah di Kabupaten Minahasa Utara, salah seorang nakhoda dari kapal asing KM D’Von Junel Abadiyon mengaku memiliki KTP elektonik yang dikeluarkan oleh Dinas Catatan Sipil Kota Bitung, pada 11 Agustus 2016 dan berlaku seumur hidup.

“Modus mereka memang menyamar sebagai orang SAPI,” ujar salah seorang anggota satuan tugas 115 KKP yang khusus dibentuk untuk memerangi praktik perikanan ilegal. Orang SAPi merupakan warga keturunan Filipina yang telah menetap di Sangir, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Hingga pertengahan Januari 2017, tercatat sudah sebanyak 167 warga negara asing yang menempati detensi PSDKP Bitung, seorang di antaranya merupakan warga negara Vietnam, sedangkan sisanya merupakan warga negara asing.


DESTRIANITA

Berita terkait

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

6 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

9 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

27 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

40 hari lalu

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

41 hari lalu

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

41 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

28 Februari 2024

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

Produksi terbesar diperoleh dari sektor produksi garam rakyat yang mencapai 2,2 juta ton,

Baca Selengkapnya

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

18 Februari 2024

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

Berita terkini bisnis pada siang ini dimulai dari Susi Pudjiastuti yang mengingatkan soal program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

18 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

Melalui kicauannya di media sosial X, Susi Pudjiastuti mengaku lebih setuju subsidi BBM dialihkan untuk makan siang gratis anak-anak di sekolah.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

8 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menolak keras rencana pemerintah membuka kembali keran ekspor benih lobster atau benur.

Baca Selengkapnya