BPS: Sektor Pertambangan Mengalami Penurunan pada Kuartal I 2017

Reporter

Jumat, 5 Mei 2017 14:01 WIB

TEMPO/Wahyu Setiawan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2017 tumbuh sebesar 5,01 persen dibandingkan kuartal I 2016 yang sebesar 4,92 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh hampir semua lapangan usaha kecuali Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,49 persen.

Dibandingkan dengan kuartal IV 2016 sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan sebesar 0,78 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, penurunan tersebut akibat turunnya pertumbuhan industri di bidang batubara dan migas menjadi sebesar 2,8 persen dibandingkan kuartal I 2016 sebesar 5,18 persen. Adapun untuk sektor non migas tumbuh sebesar 4,71 persen.

Baca: BPS: Sektor Informasi Komunikasi Penyumbang Ekonomi Tertinggi

"Yang membuat pertumbuhan agak melambat dibandingkan kuartal I 2016 karena industri batubara dan migas tumbuh 2,8 persen. Sedangkan di kuartal I 5,18 persen. Namun secara umum industri non migas tumbuh lebih bagus dibanding kuartal I 2016," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor Badan Pusat Statistik, Jumat, 5 Mei 2017.

Suhariyanto menambahkan, industri pertambangan juga mengalami penurunan sebesar 0,49 persen, akibat adanya penurunan produksi harian untuk gas alam dan minyak mentah serta kondensat. "Selain itu juga terjadi penurunan produksi tembaga dan emas dari Freeport dan Newmont," tutur Suhariyanto.

Berbanding terbalik dengan sektor pertambangan, sektor pertanian tumbuh sebesar 7,12 persen dibandingkan kuartal I 2016 sebesar 1,47 persen, dan menjadi penyumbang terbesar bagi PDB yakni 20,47 persen. Menurut Suhariyanto, penurunan di sektor pertanian pada tahun lalu akibat adanya gelombang elnino yang menyebabkan produksi di sektor pertanian menurun.

Baca: Dibanding Akhir 2016, Ekonomi Kuartal I di 2017 Turun 0,34 Persen

Adapun pada tahun ini produksi di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan naik, kecuali produk hortikultura yang negatif. Tanaman pangan mengalami kenaikan 12,96 persen karena curah hujan mendukung di akhir 2016 sehingga mempercepat penanaman padi dan bantuan sarana produksi dan alat pertanian, perikanan tumbuh 7,08 persen, perkebunan tumbuh 5,75 persen dan peternakan tumbuh 4,53 persen.

DESTRIANITA

Berita terkait

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

2 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

5 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

7 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

7 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

7 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

7 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

7 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

7 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

7 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

7 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya