Faisal Basri menunjukkan medalinya usai mengikuti BRI Mekaki Marathon 2017 di kawasan pantai Mekaki, Sekotong, Lombok Barat, 30 April 2017. Dalam ajang marathon ini, peserta akan disuguhi pemandangan elok kawasan pantai di Sekotong, dan teluk Mekaki. Foto: Alfan Noviar
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, memprediksi target penerimaan pajak tidak akan tercapai tahun ini. Ia memperkirakan kekurangan penerimaan pajak (shortfall) sebesar Rp 141 triliun.
Faisal mengatakan angka tersebut muncul dengan asumsi pertumbuhan penerimaan pajak sebesar 15 persen. "Asumsi pertumbuhan itu sudah tinggi sekali," kata dia usai mengisi acara diskusi tentang Harga Ketimpangan Ekonomi di Tempo, Jakarta, Kamis, 4 Mei 2017. Dalam lima tahun terakhir, penerimaan pajak tertinggi hanya 12,2 persen yaitu pada 2012.
Dengan skenario pertumbuhan 15 persen, Faisal mengatakan penerimaan pajak 2017 sebesar Rp 1.358 triliun. Nilainya lebih rendah dibandingkan target penerimaan pajak tahun ini yaitu Rp 1.499 triliun.
Faisal menambahkan pertumbuhan 15 persen dihitung dari realisasi penerimaan pajak tahun lalu tanpa menyertakan pemasukan amnesti pajak. "Agar bisa apple to apple membandingkannya karena tahun ini tidak ada amnesti," ujarnya.
Faisal mengatakan shortfall akan berdampak terhadap pengeluaran negara. Beberapa proyek infrastruktur harus dipotong jika tak ingin menambah utang. Pemerintah bisa saja menunda setahun penyelesaian proyek infrastruktur.
Jika tetap ingin berutang, Faisal menyebutkan pemerintah masih punya ruang. Tahun lalu defisit APBN mencapai 2,4 persen dari PDB. Pemerintah bisa menaikkan utang hingga 2,8 persen untuk menambal penerimaan pajak. Dengan menaikkan utang menjadi 2,8 persen, akan ada tambahan dana sebesar Rp 55 triliun.
Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa
19 hari lalu
Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa
Faisal Basri mengkritik statment Airlangga Hartarto dalam sidang sengketa Mahkamah Konstitusi yang menyebut produksi beras di Indonesia turun karena El Nino.