Daging Kerbau Murah Pukul Jagal dan Peternak Sapi

Reporter

Jumat, 28 April 2017 23:02 WIB

Ilustrasi daging kerbau. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Impor daging kerbau asal India yang dijual kepada konsumen dengan harga murah memukul aktivitas ekonomi para jagal dan peternak sapi. Jika kondisi ini terus dibiarkan, pelaku usaha peternakan sapi terancam mati.


Hal ini terungkap dalam forum diskusi publik bertema Kesejahteraan Peternak Sapi Lokal Menjelang Hari Raya, Milik Siapa? yang diselenggarakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi di Jakarta, Jumat, 28 April 2017.


Diskusi melibatkan pimpinan komisi IV DPR Herman Khaeron, Ketua Komisi Pengawasan Persaingan Usaha Syarkawi Rauf, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fajar Sumping, Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus, perwakilan Rumah Pemotongan Hewan, perwakilan jagal, dan para peternak sapi.


Perwakilan Jagal di Jabodetabek Edy Wijayanto menyampaikan sudah setahun ini terjadi penurunan penjualan daging segar dari RPH Tapos Jawa Barat ke pedagang. "Pasokan sapi lokal lancar, tetapi ke pedagang daging agak seret," katanya.


Dulu, RPH dapat memotong 5-6 ekor sapi tiap harinya, maka sejak enam bulan terakhir menurun menjadi 4 ekor sapi tiap harinya. "Saat ini tersisa satu ekor sapi tiap harinya," imbuhnya.


Advertising
Advertising

Edy melihat penjualan yang menurun sebagai imbas derasnya daging kerbau asal India. Apalagi setelah pemerintah menetapkan HET daging beku Rp80.000 per kg. Pedagang eceran lebih memilih daging kerbau asal India karena relatif murah. "Karena permintaan pasar terutama dari katering, bakso, dan industri olahan. Sementara konsumsi rumah tangga relatif stabil," katanya.


Edy menyebut RPH Tapos mendapat pasokan sapi dari NTT, Bali, Jateng, dan Jatim. "Dari Bali biasanya 14 ekor setiap kali pengiriman tahun lalu. Ini akan terpotong dalam waktu 3-4 hari. Sekarang, baru bisa habis dalam waktu 10 hari," imbuhnya.


Perwakilan pedagang sapi lokal antar pulau Toto Suwoto menyebut peternak sapi kini tengah kritis. Dia menyampaikan peternak membeli sapi bobot 300 kg seharga Rp50.000 per kg hidup. Setelah digemukkan dan siap panen pada bobot 500 kg, dijual seharga Rp42.000 per kg hidup di tingkat peternak. Dengan harga ini, sapi lokal sangat sulit dijual ke pasar.


"Sapi tidak terserap oleh pasar. Penjualan menurun drastis. Jika dulu mampu memotong 100 ekor sapi per bulan, saat ini hanya 25 ekor sapi per bulan," imbuhnya.


BISNIS.COM

Berita terkait

Cegah Sindikat Joki UTBK SNBT, UPN Jatim Perketat Pengawasan dengan Cara Ini

17 menit lalu

Cegah Sindikat Joki UTBK SNBT, UPN Jatim Perketat Pengawasan dengan Cara Ini

Cara UPN Jatim tangkal joki UTBK.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Integrasikan Sektor Pupuk dan Pangan dalam Cetak Biru BUMN

23 menit lalu

Erick Thohir Integrasikan Sektor Pupuk dan Pangan dalam Cetak Biru BUMN

Menteri BUMN, Erick Thohir menyiapkan rancangan cetak biru BUMN hingga 2034 Mencakup rencana integrasi sektor pupuk dan pangan

Baca Selengkapnya

3 Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan saat ke Korea Selatan

23 menit lalu

3 Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan saat ke Korea Selatan

Korea Tourism Organization mencatat 902 pengaduan dari wisatawan selama tahun 2023

Baca Selengkapnya

Peluang Gencatan Senjata antara Israel dan Hamas Masih Tipis

23 menit lalu

Peluang Gencatan Senjata antara Israel dan Hamas Masih Tipis

Peluang untuk terjadinya gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih jauh dari harapan karena kedua belah pihak masih bersikukuh pada pendirian

Baca Selengkapnya

Kemenag Rilis Jadwal Pemberangkatan dan Pemulangan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei

47 menit lalu

Kemenag Rilis Jadwal Pemberangkatan dan Pemulangan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei

Kementerian Agama atau Kemenag hari ini merilis jadwal pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sikap PDIP dan Demokrat Soal Perlunya Oposisi di Pemerintahan Prabowo

53 menit lalu

Sikap PDIP dan Demokrat Soal Perlunya Oposisi di Pemerintahan Prabowo

Demokrat menilai perlu ada partai yang menjadi oposisi di pemerintahan baru agar terjadi mekanisme checks and balances.

Baca Selengkapnya

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sudah Dua Kali Mangkir, KPK: Penyidik Bisa Menangkap Kapan Saja

57 menit lalu

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sudah Dua Kali Mangkir, KPK: Penyidik Bisa Menangkap Kapan Saja

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengatakan jemput paksa terhadap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor tak perlu harus menunggu pemanggilan ketiga.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Pagi, Siang, dan Malam Ini

1 jam lalu

Prediksi Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Pagi, Siang, dan Malam Ini

Prediksi cuaca BMKG menyebutkan Jakarta cerah berawan Senin pagi ini, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Hilangkan Praktik Calo SIM, Satlantas Polres Metro Depok Imbau Masyarakat Ikuti Prosedur

1 jam lalu

Hilangkan Praktik Calo SIM, Satlantas Polres Metro Depok Imbau Masyarakat Ikuti Prosedur

Kasatlantas Polres Metro Depok mengimbau masyarakat percaya kemampuan sendiri dan ikut prosedur dan tidak meminta bantuan ke calo SIM.

Baca Selengkapnya

Kementerian BUMN Lakukan Perbaikan Keuangan di PT Indofarma Tbk

1 jam lalu

Kementerian BUMN Lakukan Perbaikan Keuangan di PT Indofarma Tbk

Kementerian BUMN melakukan rasionalisasi dan perbaikan terhadap keuangan PT Indofarma Tbk untuk meningkatkan kinerja perusahaan

Baca Selengkapnya