Bantah Intervensi, Kata BI Penguatan Rupiah Belum Optimal

Reporter

Kamis, 27 April 2017 16:39 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo membantah melakukan intervensi yang menahan penguatan nilai tukar rupiah terlalu dalam. Saat ini nilai tukar rupiah dilaporkan stabil dan cenderung menguat terhadap dolar AS, yaitu sebesar 1,09 persen (year to date) yaitu bergerak dari level 13.473 menjadi 13.326.

Agus pun mengungkapkan, alasan ruang penguatan rupiah belum optimal meskipun dana asing terus mengalir deras. "Sebetulnya kalau ada dana masuk dalam portofolio juga ada dinamika di dalam negeri adanya kebutuhan dolar," kata Agus Marto di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 27 April 2017.

Agus mencontohkan, jika importir membeli dolar dan kemudian terdapat aliran dana masuk, maka penawaran (supply) dan permintaan (demand) akan membentuk harga. Dia menuturkan BI selanjutkan membiarkan terjadinya tingkat pertukaran yang fleksibel sehingga mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.

Baca: Manfaatkan Pelemahan Dolar AS, Rupiah Balik Menguat

"Tapi kalau volatilitas tinggi kami tidak perkenankan. Sekarang sedang tidak tinggi, volatilitas sekitar 2-3 persen," katanya. Jika dibandingkan pada periode dua tahun lalu, Agus mengatakan, volatilitas yang terjadi bisa mencapai 18 persen. "Kita biarkan ini sesuai dengan mekanisme pasar."

Agus pun menambahkan jika ada aliran dana masuk, maka ada juga aliran dana yang keluar, seperti time deposit valuta asing (valas) yang jatuh tempo atau hutang luar negeri yang harus dibayar.

Menurut Agus, nilai tukar rupiah saat ini sudah mencerminkan nilai fundamentalnya, yaitu berkisar antara 13.200-13.400. Dia menuturkan penguatan rupiah yang terjadi saat ini didorong oleh apresiasi positif pelaku pasar seiring dengan membaiknya prospek perekonomian global dan meningkatkan aliran dana modal asing yang masuk ke Indonesia.

"Kalau inflasi terjaga, defisit neraca transaksi berjalan (CAD) terjaga, pertumbuhan ekonomi baik, maka fundamental ekonomi kita juga akam lebih baik," ucapnya.

Baca: Sudah Diguyur Dana Asing Rupiah Belum Juga Menguat

Sementara itu, terkait dengan risiko global yang kemungkinan berdampak pada Indonesia, seperti kekhawatiran terjadinya pembalikan arus modal atau capital reversal, Agus memandang kondisi ekonomi saat ini semakin kuat dengan sistem keuangan yang semakin baik.

Agus menjelaskan hal itu utamanya tampak dari pengendalian inflasi yang terjaga berada di kisaran 3-4 persen. Lalu defisit neraca transaksi berjalan (CAD) di 2017 yang saat ini berada di level 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dibandingkan 2013 lalu yang nilainya mencapai 3,32 persen dari PDB.

Agus berujar hal itu disebabkan oleh surplus neraca perdagangan dalam tiga bulan terakhir yang jumlahnya bahkan lebih besar dibandingkan kuartal satu tahun lalu, sehingga berdampak pada transaksi berjalan. "Tentu ada faktor perbaikan harga komoditi yang membantu kinerja dan menjaga defisit transaksi berjalan kita," ujarnya.

Sedangkan, cadangan devisa saat ini juga terus bertambah, yaitu mencapai US$ 121,8 miliar, dibandingkan awal tahun lalu sebesar US$ 105 miliar. "Ini membuat kondisi stabilitas sistem keuangan dan makroekonomi terjaga dengan baik." BI pun optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai target yaitu berada di kisaran 5-5,4 persen.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

7 jam lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

12 jam lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

3 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

5 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

5 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya