Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan Triwulan 1 - 2017 Normal

Kamis, 27 April 2017 16:21 WIB

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati berbicara pada panel di pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia Group di Washington, 7 Oktober 2016. REUTERS/James Lawler Duggan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan stabilitas sistem keuangan pada triwulan 1 2017 dalam kondisi normal. Hal itu ditopang oleh sejumlah indikator seperti terjaganya tingkat inflasi dan tingkat permodalan dan likuditas perbankan yang mulai menunjukkan peningkatan.

Selain itu, kata Sri Mulyani, risiko industri perbankan terkendali, nilai tukar rupiah terjaga serta kinerja Surat Berharga Negara (SBN) yang berada dalam rentang normal dan penguatan pada pasar saham. Kesimpulan itu didapatkan berdasarkan rapat triwulanan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yang digelar di Menara Merdeka, kantor Otoritas Jasa Keuangan, tadi malam.

Dalam rapat itu dibahas tentang pemantauan dan penilaian terhadap perkembangan moneter, fiskal, makroprudensial, sistem pembayaran, pasar modal, pasar SBN, perbankan, dan lembaga keuangan non bank juga penjaminan simpanan. "Stabilitas sistem keuangan ke depan diperkirakan tetap terjaga dengan baik," ujar Sri Mulyani, dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 27 April 2017.

Sri Mulyani menuturkan hal itu seiring dengan optimisme Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi global dan meredanya kekhawatiran atas tekanan politik di Uni Eropa pasca hasil Pemilihan Presiden Prancis tahap pertama. "Tapi kami melihat masih ada potensi risiko baik eksternal maupun domestik yang perlu dicermati," katanya.

Dari sisi eksternal, kata Sri Mulyani, KSSK akan memantau perkembangan kebijakan perdagangan global Amerika Serikat. Kebijakan negara Abang Sam di antaranya yang cenderung proteksionis, rencana kebijakan perpajakan yang akan mempengaruhi iklim investasi global, serta peningkatan tekanan geopolitik global, terutama Korea Utara yang tidak bisa diprediksi.

Selanjutnya dari sisi domestik, Sri mengatakan hal yang harus dicermati adalah perkembangan kualitas kredit yang disalurkan perbankan dan industri keuangan non bank, aliran dana investor non residen, dampak perubahan administered price terhadap inflasi, serta ekspansi korporasi dan perbankan yang masih perlu didorong. "Realisasi APBN juga akan terus menjadi perhatian untuk menjaga defisit APBN pada level aman," ucapnya.

Dalam rapat KSSK yang dihadiri juga oleh Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad, dan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah itu juga dibahas tentang perkembangan penyusunan peraturan pelaksanaan Undang-undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK).

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

17 jam lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

1 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

4 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

4 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Menteri Keuangan Israel Serukan Penghancuran Total Gaza

4 hari lalu

Menteri Keuangan Israel Serukan Penghancuran Total Gaza

Menteri Keuangan Israel menyerukan penghancuran total Kota Rafah, Deir al-Balah, dan Khan Younis di Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

5 hari lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya