TEMPO.CO, Jakarta - Analis First Asia Capital David Sutyanto mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang keluar dari zona merah dalam perdagangan hari ini. IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 5.550 dan resisten di 5.610.
David mengatakan rebound indeks ditopang rendahnya risiko geopolitik kawasan Asia. "Selain itu ada sejumlah sentimen positif individual terutama mengantisipasi rilis laba kuartal pertama 2017 sejumlah emiten," katanya seperti dilansir keterangan tertulis, Selasa, 18 April 2017.
IHSG pada perdagangan kemarin bergerak di teritori negatif akibat terimbas sentimen negatif pasar saham global dan kawasan. Indeks tutup koreksi 39,05 poin atau 0,7 persen di 5.577,48. Penutupan kemarin merupakan posisi penutupan terendah IHSG sejak perdagangan akhir Maret lalu.
David mengatakan saham unggulan yang bergerak di perbankan dan infrastruktur menjadi motor penurunan IHSG kemarin. Koreksi indeks tidak didukung dengan volume dan nilai transaksi. Nilai transaksi di pasar reguler kemarin hanya mencapai Rp 3,6 triliun. Jumlahnya jauh menyusut dibandingkan rata-rata harian Maret yang mencapai Rp 5,5 triliun.
Menurut David, penyusutan nilai transaksi mengindikasikan sikap pemodal yang wait and see di tengah memburuknya perkembangan krisis Korea Utara. Mereka juga terlihat sedang menanti masa pemilihan kepala daerah putaran kedua esok hari.
Transaksi kemarin bertolak belakang dengan data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) Maret yang dirilis Badan Pusat Statistik kemarin. BPS mencatat pertumbuhan ekspor dan impor berlanjut. NPI Maret mencatatkan surplus US$ 1,23 juta. Ekspor tumbuh 23,55 persen (yoy) mencapai US$ 14,59 miliar sementara impor tumbuh 18,19 persen (yoy) dengan nilai US$ 13,36 miliar.
David mengatakan sentimen dari Asia berupa data PDB China kuartal I 2017 juga belum mampu mendorong aksi beli pemodal. PDB Cina tumbuh 6,9 persen (yoy) di atas perkiraannya yaitu 6,8 persen.