TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini, Rabu, 5 April 2017, diprediksi masih rentan mengalami pelemahan karena masih kuatnya posisi dolar AS di zona hijau. Analis Senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan kuatnya dolar AS bisa menghalangi potensi kenaikan rupiah meskipun ada sentimen positif soal inflasi yang dipersepsikan terkendali.
“Sentimen positif itu memberikan peluang rupiah menguat kembali. Namun penguatan tersebut masih perlu diuji ketahanannya, terutama jika sentimen inflasi sudah lewat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu, 5 April 2017.
Baca : Kalla: Penghematan Karena Penggunaan Anggaran Tidak Hemat
Menurut Reza, laju rupiah masih berada dalam rentang pergerakan tipis sebelum menemukan momentum kenaikannya. Dia menyarankan agar pelaku pasar tetap mencermati berbagai macam sentimen yang dapat merubah arah penguatan rupiah. “Diperkirakan rupiah akan bergerak dengan kisaran pada kisaran support Rp 13.336 dan resisten Rp 13.312 per dolar AS,” ungkapnya.
Pada Selasa, 4 April 2017 kemarin, kata Reza, pergerakan laju rupiah kembali melemah, meskipun laju dolar AS melemah akibat sentimen negatif rilis Indeks ISM manufacturing yang tercatat 57,2 pada Maret, di atas perkiraan pasar 57 namun, namun menurun sebesar 0,5 poin dari angka bulan sebelumnya 57,7. Namun kemarin laju rupiah juga tidak berbalik menguat dan tetap melemah.
Baca : KCIC dan HSRCC Resmi Garap Kereta Cepat Jakarta Bandung
“Berita-berita positif pun dikesampingkan oleh pelaku pasar antara lain pernyataan Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo di mana belanja negara pada 2017 akan difokuskan pada belanja infrastruktur yang langsung bersentuhan dengan rakyat dan berorientasi pada hasil,” jelasnya.
Reza menambahkan sentimen positif rupiah lainnya juga soal imbas stabilnya inflasi, hingga harapan positif dari Presiden Joko Widodo terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disampaikan melalui rapat sidang kabinet terbatas.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, pada Selasa kemarin kurs rupiah di level Rp 13.326 per dolar AS atau melemah tipis dibandingkan Senin yang sebesar Rp 13.324 per dolar AS.
ABDUL MALIK
Berita terkait
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
44 menit lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
2 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
8 jam lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
2 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
3 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
3 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
4 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
4 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
4 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
5 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Selengkapnya