TEMPO.CO, Jakarta -PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) dan High Speed Railway Contractor Consortium (HSRCC) menandatangani kontrak EPC (Engineering, Procurement, and Construction) untuk kereta cepat Jakarta Bandung pada Selasa, 4 April 2017 di Gedung WIKA, Jakarta Timur.
Direktur Utama PT KCIC, Hanggoro Budi Wiryawan, mengatakan rancangan EPC dibahas dengan sangat berhati-hati sebelum disepakati. "Semoga penandatanganan menjadi awal yang baik," katanya di Gedung WIKA, Jakarta, Selasa, 4 April 2017.
Baca: Cina Talangi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Hanggoro mengatakan kontraktor akan mulai bekerja setelah penandatanganan tersebut. Ia berharap pembangunan bisa berjalan dengan baik, memenuhi kualitas, dan tepat waktu.
Kereta cepat ditargetkan beroperasi pada 2019. Agar sesuai jadwal, Hanggoro mengatakan akan meminta kontraktor menyiapkan strategi rencana kerjanya. "Kalau perlu tambah tenaga kerja dan peralatan biar bisa kejar target," katanya.
Terkait pembebasan lahan, Hanggoro enggan berkomentar banyak. Ia mengatakan pihaknya masih berupaya membebaskan lahan. Begitu pula dengan pengumpulan dana untuk membebaskan lahan.
Baca: Siapa Saja Kontraktor Kereta Cepat yang Kesulitan Modal?
Empat badan usaha milik negara di konsorsium kereta cepat sebelumnya dikabarkan kesulitan menyetor tunai untuk pembebasan lahan. China Development Bank (CDB) sebagai debitor proyek dikabarkan enggan mencairkan pinjaman jika lahan belum dibebaskan seluruhnya.
Staf Ahli Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol pada 20 Maret 2017 mengatakan pemerintah sedang berdiskusi dengan China Development Bank (CDB) terkait masalah lahan. CDB menawarkan bridging financing jika konsorsium kesulitan membebaskan lahan.
Hanggoro mengatakan diskusi dengan CDB terkait seluruh persyaratan proyek kereta cepat masih berlangsung. Ia berharap kesepakatan bisa diraih secepatnya. "Mereka akan ada di Indonesia selama dua minggu, jadi kami harus all out untuk diskusi dengan mereka untuk menyelesaikan semua persyaratan," katanya.
Perjanjian pinjaman kepada CDB senilai US$ 5,2 miliar atau Rp 69,4 triliun. KCIC dan HRSCC sebelumnya menandatangani letter of agreement proyek senilai US$ 4,302 miliar. Namun hari ini Hanggoro menyatakan proyeknya menjadi US$ 4,7 miliar. "Dari hasil penyusunan detil desain yang lebih akurat sehingga ketemu angka tersebut," katanya.
VINDRY FLORENTIN