G20 Belum Sepakati Arah Kebijakan Perdagangan Internasional  

Reporter

Editor

Setiawan

Rabu, 22 Maret 2017 15:57 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kanan) menyimak arahan Presiden Joko Widodo saat sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, 15 Maret 2017. ANTARA/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dalam pertemuan negara-negara G20 di Jerman pekan lalu, tidak terdapat kesepakatan mengenai arah kebijakan perdagangan internasional. Padahal, pada pertemuan di Cina sebelumnya, G20 sepakat tidak menerapkan kebijakan proteksionis.

"Pada pertemuan sebelumnya, disepakati negara-negara G20 harus berupaya tidak melakukan langkah-langkah yang menghambat munculnya confidence, termasuk kebijakan proteksionis," kata Sri Mulyani dalam konferensi persnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 22 Maret 2017.

Baca: Di Pertemuan G20, RI akan Bahas Perppu Pertukaran ...

Dalam pertemuan kemarin, Amerika Serikat menyampaikan perdagangan tetap diperlukan, tapi perdagangan yang adil. "Fair yang sesuai dengan kebutuhan Amerika tidak selalu sama dengan fair dari dunia internasional. Ini membuat tidak munculnya kesepakatan untuk pemulihan ekonomi. Ini suatu pandangan yang set back," ujar Sri Mulyani.

Namun, menurut Sri Mulyani, para menteri keuangan negara-negara G20 masih memiliki optimisme bahwa isu itu akan terus dibahas, termasuk dalam Spring Meeting antara IMF dan World Bank di Amerika. "Semua menteri keuangan di Eropa, Asia, dan Amerika Latin berharap G20 bisa tetap komitmen terhadap anti-proteksionisme."

Sri Mulyani menilai, apabila semua negara mulai menerapkan kebijakan proteksionis, akan terjadi perang dagang dan perang mata uang yang akan merugikan semua negara di dunia. Dalam pertemuan pimpinan tertinggi negara-negara G20, diharapkan terdapat komitmen untuk menjaga perdagangan internasional yang terbuka.

Baca: Orang Terkaya Indonesia, dari Pengusaha Rokok Sampai Kelapa Sawit

Indonesia, Sri Mulyani menambahkan, merupakan negara terbuka dan menggantungkan ekspor sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Perdagangan internasional diharapkan akan tetap terbuka dan tidak mengarah ke proteksionisme. "Saya sudah meminta tim keuangan melihat implikasi dari pertemuan G20 kemarin."

Sri Mulyani menegaskan, dengan belum pastinya arah kebijakan perdagangan dunia, Indonesia harus mempersiapkan diri, terutama menjaga indikator pertumbuhan ekonomi dari dalam negeri. "Kita tetap harus menjaga agar momentum tetap terbangun, baik dari konsumsi, investasi, maupun pengeluaran pemerintah," katanya.

Selain itu, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, Sri Mulyani meminta semua stakeholder membuka pasar baru. Indonesia harus memperkuat hubungan bilateral dengan negara yang perdagangannya masih terbuka. "Bahkan dengan Amerika pun kami tetap akan melihat kesempatan dalam situasi saat ini."

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

7 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

8 jam lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

8 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

14 jam lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

18 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

1 hari lalu

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

Pemerintah Indonesia terbuka terhadap pemanfaatan transaksi imbal dagang business-to-business (b-to-b).

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

2 hari lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

2 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

2 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

2 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya