RI dan G20 Berkomitmen Perkuat Resiliensi Ekonomi Dunia

Reporter

Editor

Setiawan

Senin, 20 Maret 2017 13:51 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia bersama negara-negara anggota G20 menegaskan komitmen untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dunia dan memperkuat resiliensi ekonomi di lingkup nasional dan global. Upaya mewujudkan pertumbuhan yang kuat, berimbang, berkesinambungan, dan inklusif itu ditempuh dengan sejumlah kebijakan baik moneter, fiskal, dan reformasi struktural.Komitmen itu disampaikan dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 pada 17-18 Maret 2017 di Baden-Baden, Jerman.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus D.W. Martowardojo, yang hadir dalam pertemuan itu bersama delegasi BIdan Kementerian Keuangan pun menyampaikan apresiasi atas komitmen G20 tersebut.

Baca: Di Pertemuan G20, RI akan Bahas Perppu Pertukaran ...

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara mengatakan di tengah pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan berimbang saat ini serta untuk mencapai target pertambahan pertumbuhan kolektif negara G20 sebesar 2 persen pada 2018, Indonesia mendukung fokus Presidensi Jerman.

"Fokus itu menekankan pada pentingnya implementasi komitmen negara G20 pada dokumen yang dikenal dengan Growth Strategy, khususnya yang terkait dengan komitmen reformasi struktural," kata Tirta, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 20 Maret 2017.

Kemudian, terkait dengan penguatan resiliensi, Tirta berujar Indonesia mendukung agenda Presiden Jerman dalam penyusunan Panduan Resiliensi (Note of Resiliency) sebagai rujukan yang bersifat tidak mengikat bagi negara G20. Panduan itu diharapkan dapat memperkuat resiliensi ekonomi, di tengah meningkatnya ketidakpastian global terkait dengan arah kebijakan negara maju, risiko geopolitik, dan tren proteksionisme.

Simak: Ini Prioritas Indonesia dalam Forum G20 Juli Mendatang

Upaya penguatan resiliensi itu juga didukung dengan penguatan Jaring Pengaman Keuangan Global (Global Financial Safety Net atau GFSN), dengan IMF sebagai peran utama, serta adanya kolaborasi antara Jaring Pengaman Keuangan Regional (Regional Financial Arrangement atau RFA) dan IMF.

Tirta menambahkan Indonesia menyambut baik pengembangan instrumen bantuan likuiditas baru IMF serupa fasilitas swap, yang diperuntukkan bagi negara anggota dengan fundamental ekonomi baik. "Indonesia berharap agar instrumen baru itu segera tersedia dan agar G20 mendukung IMF dalam finalisasi instrumen baru tersebut," katanya.

Seiring dengan penguatan resiliensi, Indonesia juga mendukung pembahasan G20 tentang manajemen aliran modal (capital flows management atau CFM). Meskipun Indonesia telah meliberalisasi aliran modal sejak 35 tahun lalu serta memperoleh manfaatnya bagi pembiayaan perekonomian, Tirta menuturkan keterbukaan aliran modal juga disadari menimbulkan risiko terkait dengan volatilitas aliran modal yang berlebihan.

Sehingga untuk memitigasi risiko itu, Tirta berujar Indonesia memandang bahwa CFM diperlukan sebagai pelengkap kebijakan makro ekonomi yang sehat untuk melindungi ekonomi dan stabilitas keuangan domestik dari dampak rambatan global yang negatif. Indonesia menerapkan prinsip dan panduan CFM yang disusun dalam Institutional View dari IMF."

Baca: Dua Pekan Tersisa, Dana Repatriasi Tax Amnesty Rp 145 Triliun

Terkait dengan resiliensi keuangan, G20 juga berkomitmen menuntaskan implementasi agenda reformasi sektor keuangan secara tepat waktu dan konsisten. Tirta menjelaskan Indonesia mendukung upaya mengatasi kerentanan struktural dari kegiatan pengelolaan aset, shadow banking, over the counter (OTC) derivatives, Central Counterparties (CCP), permodalan Basel 3,dan risiko misconduct.

Selain itu, Indonesia juga mendukung kerangka struktural yang akan mengevaluasi dampak dari implementasi reformasi keuangan global untuk perbaikan ke depan.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

8 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

9 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

23 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

4 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

4 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya