Pengusaha Tolak Tarif Baru Energi Bersih  

Reporter

Jumat, 3 Maret 2017 08:46 WIB

Pekerja melakukan perawatan rutin turbin generator di rumah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit Jawa-Bali (PJB), Cirata, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (21/2). PLTA Cirata dengan kemampuan sebesar 1.008 MW dan Produksi rata-rata 1400 GWh/pertahun, merupakan pembangkit energi terbarukan terbesar di Asia Tenggara, yang memasok jaringan interkoneksi sistem Jawa-Bali 500KV. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Surya Darma meminta pemerintah meninjau kembali penerapan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Regulasi itu dinilai Surya justru menghambat investasi energi bersih. "Daya tarik (bisnis energi bersih) harus kita pikirkan," kata Surya dalam dialog Dewan Energi Nasional di Jakarta pada Kamis, 2 Maret 2017.

Surya juga menyatakan sudah berdiskusi dengan pihak perbankan. Hasilnya, pihak bank tidak mau mendanai proyek energi bersih yang memakai tarif baru lantaran tidak menjamin pengembalian modal.

Baca: Dapat Email dari Kantor Pajak? Jangan Panik

Menurut dia, pengembangan energi bersih tidak bisa disamakan dengan bisnis biasa. Sebab, dalam pasar ketenagalistrikan, para pengusaha hanya berhadapan dengan satu pembeli, yaitu PT PLN (Persero). Surya menilai peranan PLN dalam menentukan tarif sangat besar. Diketahui dalam regulasi, harga listrik energi bersih dihitung berdasarkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) pembangkitan listrik yang dirumuskan PLN.

Konsep inilah yang juga ditentang Surya. Menurut dia, sumbangan energi fosil dalam perhitungan BPP cukup dominan, yakni gas sebesar 49,5 persen, batu bara 33,5 persen, dan BBM 13 persen. "Dalam konteks ini, energi bersih terkesan harus memberikan subsidi untuk energi fosil," tuturnya, seperti diberitakan Koran Tempo, Jumat, 3 Maret 2017.

Simak: Aramco Jadi Perusahaan Migas Terbesar, Ini Sejarahnya

Pengusaha panas bumi juga menolak aturan ini. Ketua Asosiasi Panas Bumi Abadi Purnomo mencatat, lantaran kebijakan tarif berubah, ada tiga pengembang yang menunda pembangunan pembangkit listrik geotermal.

"Semuanya pengusaha swasta, tidak ada yang BUMN," kata Abadi, yang juga anggota Dewan Energi Nasional.

Abadi menyorot Pasal 11 yang mengatakan kontrak jual-beli listrik panas bumi baru bisa ditandatangani jika pengembang sudah memiliki cadangan terbukti. Padahal, untuk memperoleh cadangan terbukti, pengusaha harus melakukan pengeboran eksplorasi. Rata-rata biaya pengeboran mencapai US$ 8-10 juta per sumur. Jika eksplorasi gagal, risiko menjadi tanggung jawab pengembang.

Simak: Menhub: Pemerintah Kebut Proyek MRT

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan berkukuh tidak akan mengubah kebijakan tarif energi bersih. Sebab, menurut dia, cara ini yang paling adil untuk mengembangkan energi bersih tanpa risiko menaikkan tarif dasar listrik.

Jonan mengatakan kebijakan insentif harga jual justru berisiko membuat tarif listrik melonjak. Akibatnya, masyarakat berpenghasilan rendah di daerah terpencil ogah memasang listrik karena mahal.

"Jadi kita harus kompromi, apakah pengusaha yang mau diutamakan atau kemampuan membayar listriknya? Kalau ada kabel listrik di depan rumah masyarakat lalu tidak bisa beli, rasa ketidakadilannya luar biasa."

Simak: Saluran Kredit Perbankan, Korporasi Masih Berisiko

Kebijakan baru juga dianggap Jonan lebih berpihak pada pengembangan listrik di daerah Indonesia Timur. Berdasarkan catatannya, biaya pembangkitan listrik di daerah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara di atas US$ 13 sen per kilowatt jam. Angka itu jauh melebihi BPP rata-rata sebesar US$ 7,5 sen per kilowatt jam.

Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir menjamin tarif baru energi bersih menguntungkan perusahaannya. Sofyan berujar, jika pengusaha ogah membangun pembangkit energi bersih, PLN siap mengambil alih.

"Pemerintah boleh tentukan kapasitasnya berapa dan kapan beroperasi. Kalau terjadi sesuatu, PLN bisa melakukan subsidi silang, kata dia."

Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional, pada 2025 mendatang, penggunaan energi bersih dalam produksi listrik harus mencapai 25 persen. Per 2015 lalu, sumbangannya masih sekitar 10 persen.

ROBBY IRFANY

Berita terkait

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

10 hari lalu

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

Erupsi Gunung Ruang sempat merusak alat pemantau aktivitas vulkanik. Gunung tak teramati hingga adanya peralatan pengganti.

Baca Selengkapnya

Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

12 hari lalu

Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

Pendiri perusahaan teknologi Microsoft, Bill Gates, mengatakan bahwa ada tiga profesi yang tahan dari AI. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Tragedi Brexit 2016, Sedikitnya 12 Pemudik Tewas dalam Arus Mudik Lebaran

16 hari lalu

Kilas Balik Tragedi Brexit 2016, Sedikitnya 12 Pemudik Tewas dalam Arus Mudik Lebaran

Tragedi macet terparah mudik pada 2016. Kilas balik tragedi Brexit yang tewaskan belasan orang.

Baca Selengkapnya

Daftar Anggota MWA ITB Terpilih 2024-2029, Ada Nama Ignasius Jonan dan Salman Subakat

25 hari lalu

Daftar Anggota MWA ITB Terpilih 2024-2029, Ada Nama Ignasius Jonan dan Salman Subakat

Ignasius Jonan dan Salman Subakat ada di antara empat nama anggota MWA ITB unsur wakil masyarakat. Menunggu pengesahan mendikbudristek.

Baca Selengkapnya

Peringatan, Erupsi Gunung Semeru dan Marapi Siaga III

57 hari lalu

Peringatan, Erupsi Gunung Semeru dan Marapi Siaga III

MAGMA Indonesia memperingatkan adanya Erupsi Gunung Semeru dan Marapi. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas pada radius 5 kilometer.

Baca Selengkapnya

34 Ribu Rice Cooker Gratis Telah Dibagikan, Terbanyak Jawa-Bali

18 Januari 2024

34 Ribu Rice Cooker Gratis Telah Dibagikan, Terbanyak Jawa-Bali

Jawa-Bali merupakan daerah yang paling banyak menerima rice cooker gratis. Total anggaran program ini Rp 347 miliar.

Baca Selengkapnya

Ignasius Jonan Disebut Anies Baswedan Jika Bangun Kereta Api di Kalimantan Selatan, Ini Serba-serbi Eks Menhub

6 Desember 2023

Ignasius Jonan Disebut Anies Baswedan Jika Bangun Kereta Api di Kalimantan Selatan, Ini Serba-serbi Eks Menhub

Anies Baswedan sebut akan libatkan Ignasius Jonan bangun jalur kereta api di Kalimantan Selatan, jika terpilih. Ini serba-serbi eks Menhub itu.

Baca Selengkapnya

Sosok Ignasius Jonan, yang Dilirik Anies untuk Bantu Urus Kereta Api Bila jadi Presiden

6 Desember 2023

Sosok Ignasius Jonan, yang Dilirik Anies untuk Bantu Urus Kereta Api Bila jadi Presiden

Anies Baswedan berjanji bakal melibatkan mantan Menhub Ignasius Jonan dalam pembangunan transportasi kereta api di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Citibank Tutup Layanan Consumer Banking, Berikut 5 Tokoh Alumnusnya: Ada Ignasius Jonan

25 November 2023

Citibank Tutup Layanan Consumer Banking, Berikut 5 Tokoh Alumnusnya: Ada Ignasius Jonan

Citibank tutup bisnis consumer banking dan kartu kredit di Indonesia sejak 17 November lalu. berikut 5 tokoh alumnus Citibank, termasuk Ignatius Jonan

Baca Selengkapnya

Ignasius Jonan Diangkat Jadi Komandan Ksatria Santo Gregorius Agung oleh Paus

18 November 2023

Ignasius Jonan Diangkat Jadi Komandan Ksatria Santo Gregorius Agung oleh Paus

Paus Fransiskus memberikan penghargaan untuk tiga tokoh awam Katolik Indonesia, mereka adalah Ignasius Jonan, Lucia Maria Liando, dan Rudy Lawantara.

Baca Selengkapnya