Pegawai tengah menghitung uang dolar AS di sebuah tempat penukaran mata uang asing di kawasan Kuningan, Jakarta, 13 September 2016. Bank Indonesia menetapkan kurs tengah di Rp13.151 per dolar AS, melemah 0,47% atau 62 poin dari posisi Rp13.089 per dolar AS pada Jumat (9/9/2016). Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, New York - Nilai tukar mata uang (kurs) dolar Amerika Serikat ditutup bervariasi terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu, 22 Februari 2017 waktu New York (Kamis pagi WIB, 23 Februari 2017), karena investor mencerna rilis terbaru risalah pertemuan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed).
Dalam risalah tersebut diungkapkan bahwa para pejabat The Fed mengungkapkan keyakinan mereka dalam perekonomian dan mengharapkan kenaikan suku bunga berikutnya akan segera diputuskan. Pejabat-pejabat The Fed juga menekankan ketidakpastian kebijakan pemerintahan Presiden AS, Donald Trump.
Para analis mengatakan risalah tersebut mengangkat ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga secepatnya pada Maret, yang akan terus mendukung greenback dalam jangka pendek.
Pada penutupan perdagangan di New York, kurs euro naik menjadi 1,0564 dolar AS dari 1,0545 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound sterling turun menjadi 1,2457 dolar AS dari 1,2460 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7706 dolar AS dari sebelumnya 0,7679 dolar AS.
Dolar AS dibeli 113,15 yen Jepang, lebih rendah dari 113,58 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 1,0102 franc Swiss dari 1,0091 franc Swiss, dan naik tipis menjadi 1,3165 dolar Kanada dari 1,3153 dolar Kanada.
Rupiah Melemah ke Level Rp 15.571 per Dolar AS, Menko Airlangga Ungkap Penyebabnya
3 Oktober 2023
Rupiah Melemah ke Level Rp 15.571 per Dolar AS, Menko Airlangga Ungkap Penyebabnya
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini diakibatkan semakin menguatnya perekonomian negara Paman Sam tersebut.