Harga Bijih Besi 2017 Diprediksi Melunak

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Rabu, 22 Februari 2017 23:00 WIB

Sejumlah batang besi hasil peleburan dari senjata api. Beberapa senjata api yang telah dimusnahkan, dibentuk kembali menjadi batang-batang besi yang dapat digunakan untuk konstruksi bangunan. Cucamonga, California, 6 Juli 2015. David McNew / Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Harga bijih besi diperkirakan melunak dalam jangka panjang seiring dengan penambahan pasokan di pasar dan melambatnya permintaan. Rerata harga 2017 diprediksi senilai US$65.

Pada penutupan perdagangan Selasa (7 Februari 2017) harga bijih besi untuk kontrak Mei 2017 di bursa Dalian naik 1,4% atau 8,5 poin menjadi 614,5 yuan (US$89,26) per ton. Ini menunjukkan peningkatan 10,82% sepanjang tahun berjalan.

Tahun lalu, bijih besi merupakan salah satu komoditas terpanas dengan lonjakan harga sebesar 84,18% year on year (yoy) menjadi 652 yuan (US$93,95) per ton.

Gavin Wendt, Founding Director and Senior Resource analyst MineLife Pty., menyampaikan reli harga bijih besi ke atas US$90 per ton berpeluang mengalami penurunan sampai akhir 2017. Pasalnya, investor akan berfokus kepada pergeseran pasar ke arah suprlus pasokan.

Harga bisa tetap stabil di level US$70-US$80 per ton, kemudian mengalami pelonggaran bertahap ke arah US$50-US$60 per ton pada pertengahan 2017. Meski pasokan mengalami penambahan, harga tidak akan runtuh terlalu dalam.

Perihal reli harga baru-baru ini, Wendt menyebutkan, pergeseran langkah China membuat produk baja premium membuat perusahaan harus mengimpor bijih besi kualitas lebih tinggi dari Brasil dan Australia.



"Setelah mengejutkan dengan lonjakan harga pada tahun lalu, produsen utama seperti Rio Tinto Group, BHP Billiton Ltd., dan Vale SA akan meningkatkan suplai baru. Alhasil tren harga ke depan bakal menurun," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (22 Februari 2017).

Di Brasil, Vale akan mengoperasikan proyek S11D, sehingga tingkat produksi bijih besi pada 2017 bisa mencapai 360 juta-380 juta ton, dan pada 2018 sebesar 400 juta ton. Tahun lalu, tingkat produksi menyentuh volume 348,8 juta ton, yang menjadi rekor terbesar sepanjang sejarah perusahaan.

Berdasarkan data Bank Dunia, tingkat produksi bijih besi pada 2015 mencapai 2.006 juta ton. Sementara produksi baja, yang utamanya menggunakan bijih besi sebagai bahan baku, pada waktu yang sama berjumlah 1.620 juta ton.

Bank Dunia menyampaikan, melonjaknya harga bijih besi pada 2016 disebabkan tiga faktor utama, yakni kuatnya permintaan baja di China, pengetatan produksi, dan rendahnya persediaan. Namun, harga sedikit melunak pada awal 2017 karena meningkatnya persediaan China dan pelemahan permintaan secara musiman.

Di sisi lain, produsen utama bijih besi seperti Australia dan Brasil sudah meningkatkan produksi sejak November 2016. Apalagi di Negeri Samba, Vale SA memulai proyek tambang baru.

Proyeksi bertumbuhnya produksi yang tidak seiring dengan penyerapan China membuat harga sempat tertekan. Menurut Bank Dunia, pasar bijih besi terutama ditentukan oleh kekuatan permintaan baja dan produksi di Negeri Panda.

Harga bijih besi masih berpeluang tumbuh 11,3% yoy pada 2017 menjadi US$65 per ton, dari sebelumnya US$58,4 per ton. Adapun pada 2018, harga diprediksi merosot 15,38% yoy menuju US$55 per ton.
BISNIS

Berita terkait

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

17 jam lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

1 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

2 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

6 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

8 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

10 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

26 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

27 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

27 hari lalu

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.

Baca Selengkapnya

Kasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran

28 hari lalu

Kasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran

Pada Kamis, 4 April 2024, istri Harvey Moeis, selebriti Sandra Dewi mendatangi Kejaksaan Agung untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi

Baca Selengkapnya