BPS: Pembangunan Masih Dinikmati Kelas Menengah

Reporter

Rabu, 1 Februari 2017 16:12 WIB

Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro melantik Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Kantor Bappenas Jakarta, 15 September 2016. Tempo/ Odelia

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Rasio Gini, atau tingkat ketimpangan pengeluaran, penduduk Indonesia pada September 2016 sebesar 0,394. Angka itu menurun 0,003 poin jika dibandingkan dengan periode Maret 2016 sebesar 0,397.

Selanjutnya, Rasio Gini di daerah perkotaan tercatat sebesar 0,409 atau turun dari sebelumnya 0,410. Adapun Rasio Gini di daerah perdesaan tercatat sebesar 0,316 atau turun dari sebelumnya 0,327.

"Ini dapat dimaklumi karena orang-orang kaya lebih banyak tinggal di kota," ujar Deputi Bidang Statistik Sosial M. Sairi Hasbullah, di kantornya, Rabu, 1 Februari 2017.

Baca: BPS: Surplus Neraca Perdagangan Bakal Tergerus Kenaikan BBM

Sairi berujar, Rasio Gini relatif stabil, bahkan mengalami sedikit penurunan ketimpangan. Dia menjelaskan, ketimpangan yang tidak melebar disebabkan oleh kelompok 20 persen masyarakat terkaya Indonesia hanya mengalami pertumbuhan konsumsi sebesar 3,83 persen.

"Justru di kelompok kelas menengah dengan 40 persen penduduk mengalami pertumbuhan relatif tinggi," katanya. Sairi menuturkan, pertumbuhan lapisan menengah tumbuh hingga 11,69 persen, sedangkan kelompok bawah relatif rendah, yaitu hanya 4,56 persen.

"Ini artinya proses pembangunan dalam beberapa bulan lalu lebih banyak dinikmati oleh kelompok menengah," ucapnya.

Baca: BPS: November 2016 Kinerja Ekspor Melonjak 21,34 Persen

Sairi mengatakan hal itu mengindikasikan bahwa pembangunan infrastruktur besar-besaran, kemudahan dan pemberian fasilitas usaha pada kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah, serta inflasi yang cukup rendah telah membantu perekonomian kelas menengah menggeliat. "Tapi belum cukup menyentuh masyarakat bawah."

Sementara itu, Sairi mengatakan terdapat fenomena menarik tentang angka Rasio Gini di daerah. "Ada tiga provinsi yang cukup menarik untuk dicermati," ujarnya.

Pertama, Provinsi Bangka Belitung, yang secara konsisten menunjukkan angka Rasio Gini paling rendah di Indonesia, yaitu 0,288. Menurut Sairi, hal ini menandakan pemerataan pembangunan terjadi dengan sangat baik. Fakta ini juga sejalan dengan angka kemiskinan Bangka Belitung yang relatif rendah, yaitu hanya 5,04 persen.

Kedua, Yogyakarta, dengan ketimpangan tertinggi di Indonesia. Sairi menjelaskan, indikasi statistik menunjukkan perkotaan Yogyakarta total pengeluaran penduduknya 20 persen terbawah atau hanya 5,56 persen dari total seluruh pengeluaran penduduk.

Ketiga, penurunan ketimpangan yang cukup tinggi antara September 2015 hingga September 2016 di DKI Jakarta. Rasio Gini Jakarta pada September 2015 mencapai 0,421 atau menurun menjadi 0,411 di Maret 2016. Terakhir, penurunan juga terjadi pada September 2016 menjadi 0,397. "Artinya, selama setahun terakhir, DKI berhasil menurunkan tingkat ketimpangan ekonomi masyarakatnya."

GHOIDA RAHMAH


Berita terkait

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

3 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

3 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

3 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

5 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

5 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

5 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

5 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

5 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya