Naik 2 Persen, BRI Raup Laba Bersih Rp 25,8 Triliun
Editor
Rully Widayati
Selasa, 31 Januari 2017 20:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), Selasa (31 Januari 2017), mengumumkan telah mengantongi laba bersih Rp 25,8 triliun atau bertumbuh satu digit di 2,18 persen (yoy) pada 2016.
Pertumbuhan laba hanya satu digit itu tidak lepas dari upaya hati-hati perseroan yang terindikasi dari kenaikan rasio pencadangan untuk kredit bermasalah mencapai 170,53 persen pada 2016 dari 151 persen pada 2015.
Direktur Utama BRI Asmawi Syam dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, 31 Januari 2017 mengatakan pendapatan perseroan pada 2016 banyak ditopang pendapatan komisi (fee based income) yang tumbuh hingga 25,2 persen atau menjadi Rp 9,2 triliun. Sementara pendapatan bunga bersih tumbuh 16,2 persen menjadi Rp 65,7 triliun.
Adapun laba BRI pada 2016 sebesar Rp 25,8 triliun, sementara laba konsolidasinya Rp 26,2 triliun. "Pendapatan bunga itu disumbang pertumbuhan kredit yang 13,8 persen atau Rp635,3 triliun," ujar Asmawi.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan penyebab pertumbuhan laba BRI hanya dua persen, karena perseroan lebih memilih hati-hati di tengah masih melambatnya perekonomian. Selain itu tren kredit bermasalah industri perbankan terus menanjak.
"Kalau dibilang target meleset, ya tidak meleset. Kita tetap tumbuh positif. Namun pada 2016, perseroan kita kelola secara profit tapi tetap pruden," ujar dia.
Dengan upaya hati-hati tersebut, kata Sunarso, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BRI pada 2016 turun menjadi 2,03 persen dari 2,02 persen (gross). Sementara rasio pencadangan naik dari 151,5 persen menjadi 170 persen.
Dengan pertumbuhan kredit 13,8 persen di akhir Desember 2016, BRI menghimpun Dana Pihak Ketiga sebesar Rp723,8 triliun atau tumbuh 12,6 persen. "Sementara rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BRI menjadi 87,7 persen dan rasio kecukupan modal inti menjadi 22,9 persen," ujar dia.
Dengan DPK dan kredit tersebut, aset BRI secara konsolidasi terkumpul Rp1003,6 triliun atau tumbuh 14,3 persen dibandingkan 2015 yang sebesar Rp878,4 triliun.
ANTARA