Soal Negara tanpa Utang, Sri Mulyani Sebut Kanjeng Dimas  

Reporter

Sabtu, 21 Januari 2017 13:20 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani, memberikan kuliah umum bertema "Peran Fiskal dalam Membangun Perekonomian Inklusif" di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. instagram.com

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan kuliah umum di Universitas Udayana, Bali, Jumat kemarin. Dikutip dari keterangan resmi Kementerian Keuangan, Sabtu, 20 Januari 2017, Sri Mulyani memaparkan perihal pengelolaan utang negara dalam kuliah umum yang mayoritas dihadiri mahasiswa tersebut.

"Saya senang tidak utang. Tapi, jika tidak mau utang, penerimaan harus naik atau belanja harus diturunkan. Tidak bisa bilang, 'Bu, saya mau uang sekolah gratis, naik angkot bensinnya disubsidi, tapi Ibu tidak utang.' Kalau begitu, tidak akan ada Menteri Keuangan, tapi Kanjeng Dimas," ujar Sri Mulyani berkelakar.

Baca: Tim Reformasi Pajak, Sri Mulyani Ajak Pengusaha Hingga KPK

Menurut Sri Mulyani, agar penerimaan naik dan utang turun, pemerintah harus berupaya sekuat tenaga supaya masyarakat membayar pajak. “Pajak, di dunia mana pun, tidak ada fannya. Tidak ada orang yang jadi fanatik untuk bayar pajak. Karena itu, pajak jadi suatu kewajiban yang sifatnya harus di-impose,” ucapnya.

Sri Mulyani menuturkan rasio pajak dan tingkat kepatuhan pajak di Indonesia saat ini masih terbilang rendah dibanding tetangga, seperti Malaysia dan Thailand. Dia mengatakan, jika rasio pajak dan tingkat kepatuhan meningkat, defisit anggaran dapat dihindari.

Baca:
Reformasi Pajak, Sri Mulyani Gandeng Lembaga Internasional

Menurut data Kementerian Keuangan, kepatuhan pajak hanya mencapai 62,3 persen. "Kalau tingkat kepatuhan mencapai 80 persen, penerimaan perpajakan pasti bisa meningkat,” ucapnya. Adapun rasio pajak masih berada di level 11 persen. “Ini tidak acceptable. Negara yang satu kelas dengan kita bisa 15-16 persen, seperti Malaysia dan Thailand."

Sri Mulyani meyakini, apabila rasio pajak bisa bertambah 4 persen saja, Indonesia akan mampu menambah pendapatan negara dengan signifikan. “Bayangkan, kalau bisa 15 persen, kita akan mampu menambah (penerimaan) sekitar Rp 500 triliun, sehingga belanja kita yang Rp 2.000-an triliun itu tidak jadi defisit,” ujarnya.

ANGELINA ANJAR SAWITRI





Berita terkait

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

2 jam lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

23 jam lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

3 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

3 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

4 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

4 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya