Petani memetik cabai rawit matang di sentra pertanian Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 6 Januari 2017. Harga cabai rawit di kebun meroket sampai Rp 65.000 per kg akibat sedikitnya panen dan serangan penyakit patek. Imbasnya harga cabai rawit di pasar di sejumlah daerah naik sampai Rp 120.000 per kg. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Jakarta - Untuk meredam harga, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) membantu mendistribusikan cabai rawit murah. Direktur Komersial dan Pemasaran PT PPI Trisilo Ari Setiawan mengatakan cabai rawit yang didistribusikan seharga Rp 82 ribu per kilogram. Namun, kepada pedagang, PPI tak menetapkan batas harga penjualan. Pedagang rata-rata mengambil untung Rp 20 ribu per kg.
"Kami berharap cabai rawit bisa dijual di bawah Rp 100 ribu per kg," ucap Trisilo di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis, 12 Januari 2017. Ari berujar, tidak ada mekanisme hukuman jika pedagang mengambil margin tinggi. "Itu yang harus kami pantau, dan kami hanya bisa mengimbau," tutur Trisilo.
Menurut Trisilo Ari, PPI hanya mengambil keuntungan sebesar Rp 1.000 per kg dari petani cabai. Sedangkan rata-rata pedagang di Pasar Rawamangun mendapatkan margin Rp 20 ribu per kg.
Selain mendistribusikan cabai rawit, PPI menyalurkan cabai merah keriting seharga Rp 40 ribu per kg. Ia mengimbau pedagang menjualnya seharga Rp 48 ribu per kg.
Ani, 40 tahun, pedagang di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, menjual cabai rawit dari PPI seharga Rp 120 ribu per kg. Pedagang lain, Agus, menjual cabai rawit seharga Rp 100 ribu per kg. Harganya tak jauh beda dengan rawit dari pasar induk sebesar Rp 120-150 ribu per kg.