Pemerintah Diminta Perhatikan Hulu Industri Rumput Laut

Reporter

Selasa, 10 Januari 2017 17:54 WIB

Du orang petani menjemur rumput laut yang habis di panen di Desa Rappoa kabupaten Bantaeng, Sulsel, 29 Maret 2015. Petani rumput laut mengeluhkan naiknya harga BBM membuat harga rumput laut menurun dari Rp 9. 000/kg menjadi Rp 6.000/kg. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia, Safari Azis, meminta pemerintah memperhatikan pengembangan hulu dan hilir industri rumput laut. Ia meminta agar produksi di hulu terus digenjot agar tidak mengorbankan nasib para petani rumput laut dan menjaga stabilitas pendapatan dan perekonomian masyarakat pesisir.

Lihat: ARLI: Pemerintah Harus Perhatikan Petani Rumput Laut

Safari mengatakan di sektor hilir, penyerapan hasil produksi rumput laut masih rendah dengan harga beli rendah. “Sementara pihak asing bisa menyiapkan cara pembayaran yang efektif dengan harga yang kompetitif dan menguntungkan para petani,” kata Safari, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa 10 Januari 2017.

Ia menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015, sektor hulu rumput laut menyumbang devisa lebih besar daripada hilirnya. Tercatat sektor hulu mencapai 78 persen ekspor dengan nilai US$ 160,4 juta. Sedangkan, pada hilir hanya mencapai 22 persen ekspor dengan nilai US$ 45,05 juta.

Baca: 2017, Pemerintah Genjot Pembangunan Kawasan Industri Ini

Terkait nilai tambah, Safari menjelaskan para petani telah memperhatikan pembibitan dari sektor hulu. Ini beriringan dengan penggunaan teknologi budi daya dan penempatan lokasi budi daya yang tepat untuk menjaga kualitas bahan baku rumput laut yang dihasilkan.

Sebelum sampai ke tingkat pedagang hingga ke tingkat pengolah, kata Safari, para petani sudah menjaga nilai tambah. Apalagi, untuk petani yang berorientasi ekspor harus menjaga hasil panennya. “Jadi, pemerintah dalam hal membuat road map, jangan sampai hanya mengedepankan larangan atau hambatan lain terhadap ekspor bahan baku rumput laut.”

Selain itu, Safari mengatakan saat ini ada ketidaksiapan industri pengolah bahan baku yang ada di Indonesia. Bila pemerintah ingin mendorong perkembangan industri dan mendapatkan nilai tambah, perlu persiapan untuk bersaing dengan pasar yang berada di luar negeri. "Industri formulasi yang ada di Indonesia masih sedikit sementara rumput laut sebelum masuk ke Industri pembuat produk harus melalui industri formulasi terlebih dahulu," kata dia.

ARKHELAUS W.


Berita terkait

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

8 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

8 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

8 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

8 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

8 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

8 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

8 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

26 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

29 hari lalu

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

29 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya