TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang Maksi Effendi Ndun mengatakan para nelayan setempat tengah berhenti melaut akibat cuaca buruk yang diperkirakan berlangsung selama lima bulan dari Desember 2016 hingga April 2017.
"Sekarang nelayan Kota Kupang sedang berhenti melaut karena cuaca buruk yang diperkirakan sampai akhir April atau awal Mei 2017," katanya, di Kupang, Senin, (2 Desember 2017).
Dia menyebutkan, hampir semua nelayan yang mangkal di beberapa titik Kota Kupang seperti Tenau, Oeba, sampai Lasiana, berhenti melaut akibat cuaca buruk di perairan tersebut.
"Hanya ada satu, dua, nelayan pancing dasar yang melaut, itu pun di perairan dekat, di daerah selatan yang tidak terkena gelombang tinggi," ujar Maksi.
Dia mengatakan, akibat musim paceklik (musim sepi karena ketiadaan hasil laut) yang berlangsung cukup lama, para nelayan di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu memilih beralih profesi.
"Pekerjaan nelayan di musim paceklik yah serobotan saja, tidak menentu, ada yang jadi buruh bangunan, tukang, kondektur angkutan, sopir, dan lain-lain sambil menunggu musim membaik," katanya.
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi HNSI NTT Abdul Wahab Sidin menambahkan musim paceklik karena cuaca buruk tersebut menyebabkan nelayan cakalang tidak bisa beroperasi.
"Nelayan cakalang saat ini istirahat total karena ketiadaan umpan dari kapal bagan yang saat ini juga sedang parkir karena cuaca tidak bersahabat," kata Wahab yang juga salah satu nelayan yang bermarkas di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tenau.
Dia menambahkan, akibat cuaca buruk tersebut maka para nelayan yang berbasis di Tenau hanya bertahan dengan berbagai aktivitas seperti membereskan pukat, memancing di sekitar perairan, bahkan ada pula beralih pekerjaan menjadi buruh.
"Saat ini tidak ada pasokan ikan dari Tenau terutama cakalang. Adanya hanya ikan hasil pancingan di perairan dekat," ujar Abdul Wahab Sidin.
ANTARA
Berita terkait
KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap
4 hari lalu
KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.
Baca SelengkapnyaTiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia
6 hari lalu
Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.
Baca SelengkapnyaPantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
7 hari lalu
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.
Baca SelengkapnyaAsal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara
11 hari lalu
Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPolisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg
12 hari lalu
Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.
Baca SelengkapnyaWalhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN
18 hari lalu
Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.
Baca SelengkapnyaSejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional
22 hari lalu
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.
Baca SelengkapnyaTidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi
30 hari lalu
Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaKapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR
39 hari lalu
Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka
Baca SelengkapnyaEksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit
42 hari lalu
Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.
Baca Selengkapnya