Ilustrasi tagihan listrik, pulsa listrik, kenaikan tarif listrik. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Jakarta - Laju inflasi tahun depan bisa meningkat dengan gejolak di administered price atau harga barang/jasa yang diatur pemerintah, seperti penyesuaian tarif listrik 900VA dan efek dari peningkatan harga minyak dunia pada tahun depan.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Anton Gunawan mengatakan kemungkinan meningkatnya harga minyak dunia pada level tertentu akan membuat pemerintah harus melakukan penyesuaian. Pada 2017, dia memproyeksikan pencapaian inflasi bisa menyentuh level 4,2 persen.
"Ada peluang kenaikan harga minyak dunia sampai titik tertentu. Pemerintah juga harus menyesuaikan terhadap harga bahan bakar minyak. Itu bisa mendorong inflasi tinggi," ucapnya, di Jakarta, Kamis, 22 Desember 2016.
Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Andry Asmoro, menuturkan peningkatan harga komoditas akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menyebabkan proyeksi inflasi lebih tinggi.
Dari sisi APBN 2017, dia memperhitungkan setiap kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 per barel memberikan dampak ke penerimaan negara Rp 800-900 triliun, dengan catatan lifting minyak tidak turun dari target.
Melihat suku bunga acuan Bank Indonesia yang kemungkinan bertahan di level 4,75 persen dan proyeksi inflasi 4,2 persen, masih terdapat selisih 50 basis poin sehingga positif untuk tetap menarik minat investor global.
"Catatannya, pemerintah jaga inflasi di level 4,2 persen. Sebab, kalau ke 5 persen jadi risiko. Apakah BI akan justru menaikkan atau tidak. Kalau 5 persen, BI akan menilai dari mana, apakah dari head inflation atau core inflasi," ujarnya.
Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023
1 Agustus 2023
Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023
Perekonomian triwulan II 2023, kata Sri Mulyani diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur.