Indef: Profil APBN 2016 Belum Banyak Dorong Pertumbuhan

Kamis, 8 Desember 2016 16:26 WIB

Didik J. Rachbini. TEMPO/Gunawan Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Develompment of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini mengkritik profil Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2016 yang dinilai masih belum akan banyak mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut terlihat dari alokasi anggaran penerimaan negara yang tidak dioptimalkan untuk pembangunan infrastruktur.

Didik menilai semangat kebijakan fiskal yang termaktub dalam APBN tersebut tidak akan terlalu banyak mendorong pertumbuhan ekonomi. “Itu yang harus diefisienkan," katanya saat ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Desember 2016. Salah satu yang dia sangsikan dari APBN adalah penerimaan negara yang berasal dari pengampunan pajak atau tax amnesty.

Didik membandingkan APBN di pemerintahan Presiden Jokowi dengan masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pada saat itu, anggaran belanja sebesar Rp 80 triliun dipakai untuk membuat sarana infrastruktur di antaranya adalah jalan dan saluran irigasi.

Bila dibandingkan sekarang, menurut Didik, alokasi anggaran Rp 1.000 triliun ditujukan untuk membangun jalan sepanjang 200-300 kilometer dinilai tidak efisien dalam penggunaannya. “Ibaratnya kita punya kartu kredit lima, tapi dipakai macam-macam penggunannya, kan kacau. Itu evaluasi kami.”

Dengan begitu, Didik pestimistis tahun depan ekonomi bisa tumbuh 5 persen. Prediksinya bertentangan dengan keyakinan pemerintah yang optimistis pertumbuhan bisa menembus 5,3 persen di 2017. “Yang realistis sekitar 5 persen karena kebijakan yang kita keluarkan, kesaktiannya sudah mulai turun atau nggak berpengaruh signifikan," ucapnya.

Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi yang kini tak lagi kinclong kinerjanya adalah ekspor karena terimbas pelemahan ekonomi global. Oleh karena itu, menurut dia, hal yang paling tepat dilakukan pemerintah adalah memperkuat pertumbuhan domestik."Deregulasi, efisiensi, investasi yang sgala macam itu diberesin sehingga ekonomi lebih lancar menggunakan pasar dalam negeri kita. Harus didorong.”

DESTRIANITA

Berita terkait

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

1 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

1 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per

Baca Selengkapnya

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

1 hari lalu

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

PT Bank Tabungan Negara (BTN) usulkan skema dana abadi untuk program 3 juta rumah yang digagas Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

2 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

3 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Rekrutmen CASN 2024, Hati-hati Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

3 hari lalu

Terkini Bisnis: Rekrutmen CASN 2024, Hati-hati Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Pemerintah berencana membuka pendaftaran calon aparatur sipil negara atau CASN untuk tahun 2024, yang dibagi dalam dua tahap.

Baca Selengkapnya

Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

4 hari lalu

Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

Indonesia kembali menggandeng Cina di proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jangan sampai menggunakan APBN lagi seperti kereta cepat Jakarta-Bandung.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya