Wall Street Melemah Terseret Kekhawatiran

Reporter

Rabu, 5 Oktober 2016 07:16 WIB

Wall Street. AP/Mark Lennihan

TEMPO.CO, Jakarta - Saham-saham di Wall Street berakhir turun pada Selasa atau Rabu pagi WIB (5 Oktober 2016), karena para investor cemas tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve di bulan-bulan mendatang.

Ini merupakan kerugian sesi kedua berturut-turut di Wall Street, dimana investor sudah gelisah akibat ketidakpastian dari pertarungan yang ketat menjelang pemilihan presiden AS pada 8 November.

Poundterling tergelincir ke posisi terendah dalam lebih dari tiga dekade setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pemisahan negaranya dari Uni Eropa tidak akan "berjalan mulus" dan akan ada "gundukan-gundukan di jalan."

Sementara pound yang lebih lemah mengirim saham-saham Inggris melonjak, mengangkat kekhawatiran di kalangan investor AS.

"Jelas ada beberapa dampak berkelanjutan dari prospek pemisahan Inggris dari Uni Eropa yang sedikit lebih kacau," kata Bill Northey, kepala investasi untuk kelompok klien swasta di Bank AS di Helena, Montana.

Kecemasan tentang kenaikan suku bunga mendatang juga kembali ke depan setelah Presiden Federal Reserve Richmond Jeffrey Lacker mengatakan ia akan memberikan suara mendukung peningkatan pada pertemuan kebijakan terbaru yang telah mampu melakukannya.

Pedagang telah menghargakan peluang 63 persen Fed menaikkan suku bunga pada Desember, menurut FedWatch CME Group.

Sementara itu, Dana Moneter Internasional menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi AS 2016 menjadi 1,6 persen dari 2,2 persen dan melukiskan gambaran suram ekonomi global.

Sepuluh dari 11 besar indeks S&P 500 jatuh, dengan sektor utilitas yang membayar dividen tertinggi merosot 2,17 persen dan jasa telekomunikasi turun 1,67 persen.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,47 persen menjadi berakhir di 18.168,45 dan S&P 500 kehilangan 0,5 persen menjadi ditutup pada 2.150,49. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq berkurang 0,21 persen menjadi 5.289,66.

Perhatian investor beralih ke keuntungan perusahaan, karena laporan hasil kuartal ketiga akan bergulir di dalam beberapa minggu ke depan. Sebuah kegagalan untuk memenuhi harapan yang rendah dapat memberikan tekanan baru pada pasar ekuitas yang sudah diperdagangkan pada valuasi di atas rata-rata historis.

Perusahaan-perusahaan S&P 500 rata-rata diperkirakan mencatat penurunan 0,5 persen tahun-ke-tahun dalam laba kuartal September, merupakan penurunan kuartalan kelima berturut-turut, menurut data Thomson Reuters.


ANTARA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

11 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

43 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya