Pefindo Turunkan Peringkat Antam

Reporter

Kamis, 29 September 2016 13:02 WIB

Gedung Aneka Tambang, Jakarta. [Tempo/Arnold Simanjuntak]

TEMPO.CO, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat perusahaan tambang milik negara, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (Antam) menjadi idBBB+ dari peringkat sebelumnya idA-.

Menurut analis Pefindo, Niken Indriasih, penurunan peringkat tersebut akibat rendahnya harga nikel di luar ekspektasi yang berlangsung secara berkelanjutan, walaupun biaya tunai saat ini lebih rendah. Hal ini menyebabkan profitabilitas yang sudah melemah menjadi tertekan akibat larangan ekspor bijih mineral di tengah tingginya utang untuk membiayai proyek hilirisasi.

Adapun faktor-faktor yang mendukung peringkat dalam penilaian perusahaan berkode saham ANTM adalah sumber daya produk utama yang besar, kegiatan operasional yang terintegrasi secara vertikal, dan produk perusahaan yang beragam. Namun peringkat ANTM menjadi terbatas karena tingkat leverage keuangan yang agresif.

“Kemudian adanya proteksi atas arus kas perusahaan yang sangat lemah dan risiko fluktuasi harga komoditas,” ujar Niken saat menggelar media release di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 29 September 2016.

Niken melihat, ke depan, peringkat tersebut akan stabil karena memperhitungkan rasio gearing bersih yang membaik setelah mereka melakukan aksi korporasi, seperti right issue dan revaluasi aset, serta profitabilitas yang akan membaik. Walaupun tidak kembali ke tingkat profitabilitas sebelum larangan ekspor, dengan beroperasinya perluasan pabrik feronikel Pomalaa, ada potensi arus kas dari penjualan bijih nikel.

Pefindo berpotensi menaikkan peringkat ANTM apabila secara signifikan mereka meningkatkan proteksi arus kas dan struktur permodalan secara berkelanjutan, didukung dengan langkah-langkah penghematan yang juga dilakukan secara berkelanjutan. “Juga arus kas yang lebih tinggi daripada penjualan bijih nikel yang disertai dengan pemulihan yang signifikan atas harga nikel,” ucap Niken.

Sebaliknya, Pefindo juga dapat kembali menurunkan peringkat ANTM apabila profil keuangan, struktur permodalan, dan proteksi arus kas melemah akibat harga komoditas lebih rendah daripada yang diproyeksikan, terutama nikel—jika terjadi kenaikan atas harga minyak yang meningkatkan biaya tunai—dan gagal memenuhi target volume penjualan dari produk-produknya. Selain itu, peringkat bisa berada dalam tekanan jika posisi utang ANTM lebih tinggi ketimbang proyeksi dan mereka gagal menyelesaikan proyek ekspansi sesuai dengan jadwal.

DESTRIANITA





Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

8 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

13 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

45 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya