Seorang bocah mengupas tual untuk dijadikan sebagai sagu di sebuah kilang sagu di desa Sungai Tohor, Meranti, Riau, 30 Desember 2014. Pada 1970 warga mulai membudidaya sagu dengan metode perkebunan sehingga mampu menembus pasar Internasional terutama Malaysia. TEMPO/Riyan Nofitra
TEMPO.CO, Jakarta - Provinsi Riau memiliki potensi produk pangan yang cukup besar. Salah satunya sagu, yang juga memiliki kualitas bagus sebagai pangan lokal.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau Darmansyah dalam keterangan persnya, Senin, 26 September 2016, menyatakan, meski produksi sagu daerahnya mencapai 246 ribu ton per tahun, tingkat konsumsi sagu masih belum maksimal di daerah tersebut. Saat ini hanya 10 persen dari keseluruhan produksi pangannya.
"Dengan kondisi itu, Pemerintah Provinsi Riau berencana menggelar gerakan makan sagu pada Hari Pangan Dunia, Oktober mendatang," kata Darmasyah.
Untuk implementasi program, saat ini pihaknya tengah dalam tahap penyuluhan untuk membiasakan makan sagu. Diharapkan, gerakan makan sagu akan lebih efektif diimplementasikan di tengah masyarakat.
“Insya Allah, tidak ada kendala lagi. Nantinya dijadwalkan peluncuran akan dilakukan Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman. Sekaligus nanti itu ada 350 aneka produk olahan dari sagu yang dipamerkan," ucapnya.
Poin ini menjadi perhatian mengingat sagu kini dapat diolah menjadi berbagai olahan sesuai dengan kebutuhan. Diharapkan, hal itu dapat meningkatkan jumlah konsumsi sagu di Riau, terlebih lagi ada beberapa kabupaten dan kota di bumi Melayu Lancang Kuning yang menjadi penghasil sagu, yakni Meranti, Indragiri Hilir, dan Bengkalis.
