BI Prediksi Neraca Perdagangan Agustus Kembali Surplus

Reporter

Editor

Budi Riza

Senin, 12 September 2016 13:29 WIB

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara usai shalat ied menyerahkan sapi kurban miliknya di lingkungan Bank Indonesia, Senin, 12 September 2016. Tempo/Ghoida Rahmah

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, mengatakan lembaganya memprediksi neraca perdagangan pada Agustus lalu mengalami surplus. Dia menilai ini disebabkan kondisi ekspor Indonesia yang mulai membaik.

Mirza berujar sebanyak 70 persen ekspor Indonesia merupakan komoditas dengan 50 persen berupa ekspor non migas dan 20 persen sisanya adalah migas.

"Jadi jika ada recovery dan pemulihan di harga komoditas tambang dan perkebunan ditambah dengan harga ekspor gas membaik, maka ekspor ada kenaikan," ujar Mirza, di Kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Senin, 12 September 2016.

Meskipun demikian, menurut Mirza kenaikan kenaikan ekspor, yang terjadi tidak cukup signifikan. Sedangkan, di sisi impor masih mencerminkan permintaan dalam negeri, sehingga belum melonjak pesat. "Makanya surplus di neraca perdagangan akan terus berlanjut," kata dia.

Namun, Mirza menuturkan dibanding neraca perdagangan, BI lebih berfokus pada defisit neraca transaksi berjalan (Current Account Deficit) atau neraca ekspor impor barang dan jasa. BI pun berkomitmen untuk menjaga CAD agar terus berada dj bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Di kuartal I dan II angkanya sekitar 2 persen dari PDB. Jadi tidak mengkhawatirkan, suatu angka yang sehat dan inflasi kita sangat baik," ucap Mirza lagi.

Sehingga, kondisi itu, menurut Mirza, dapat membuat BI melonggarkan kebijakan moneternya. Sebab, angka-angka indikator makro ekonomi terpantau sehat. Terlebih, kebijakan pemerintah terkait upaya menjaga defisit anggaran sudah dilakukan dengan baik. "Untuk mencegah defisit anggaran melonjak, pemerintah melakukan penyehatan anggaran."

Hal ini dipandang BI sebagai tindakan positif karena dampaknya yang terlihat nyata, yaitu dari stabilitas perekonomian Indonesia yang terjaga. "Yang penting stabilitas kurs, ekonomi terjaga, maka sektor usaha bisa lakukan usahanya dan rekrut tenaga kerja," kata Mirza.

Sebelumnya, neraca perdagangan Juli 2016 tercatat surplus US$ 598,3 juta. Realisasi ini lebih rendah dibanding pencapaian surplus pada Juni lalu sebesar US$ 900,2 juta‎. Sedangkan secara kumulatif, sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini, neraca perdagangan masih surplus US$ 4,17 miliar.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

1 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

1 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

1 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

2 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

2 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya