Truk Dilarang Melintas Menjelang Idul Adha, Pengusaha Merugi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 10 September 2016 09:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan larangan melintas di jalanan bagi truk di atas dua sumbu selama empat hari menjelang Hari Raya Idul Adha berpotensi menimbulkan kerugian hingga Rp 100 miliar. Kerugian itu didapat dari tak beroperasinya angkutan milik para pengusaha.
Ketua Umum ALI Zaldy Masita mengatakan setidaknya ada sekitar 10-15 ribu unit truk bersumbu lebih dari dua yang beroperasi di Jabodetabek setiap hari. “Sedangkan tiap sekali perjalanan paling tidak Rp 8 juta,” kata Zaldy saat dihubungi Tempo, Jumat, 9 September 2016.
Pernyataan Zaldy ini merespons terbitnya surat edaran tentang larangan pengoperasian kendaraan angkutan barang saat libur panjang Hari Raya Idul Adha yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan.
Truk dengan dua sumbu dilarang beroperasi mulai Jumat, 9 September, pukul 00.00, hingga Senin, 12 September, pukul 24.00. Larangan pengoperasian kendaraan angkutan barang ini berlaku di jalan nasional, baik tol maupun non-tol.
Adapun wilayah yang dilarang meliputi delapan provinsi, yakni Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Kendaraan yang tidak diperbolehkan beroperasi saat libur Idul Adha adalah kendaraan pengangkut bahan bangunan, kereta gandengan, dan truk kontainer.
Zaldy menyayangkan tak adanya sosialisasi dari Kementerian Perhubungan sebelum menerbitkan larangan itu. Padahal biasanya Kementerian akan memberikan pemberitahuan sebulan sebelumnya.
Tak adanya sosialisasi membuat para pengusaha tak bisa menyiapkan antisipasi. Biasanya, kata Zaldy, jika ada larangan seperti ini, mereka akan mengalihkannya pada truk dengan ukuran lebih kecil.
Walaupun begitu, penggunaan truk dengan muatan lebih kecil juga akan membuat biaya operasional membengkak. Sebab, kebutuhan truk yang digunakan pun bertambah.
Selain menggunakan truk kecil, pengusaha bisa mengantisipasinya dengan memanfaatkan jasa kereta logistik. “Kalau mendadak seperti ini tak bisa diantisipasi lagi. Kami sudah kirim protes tapi belum terjawab,” ujar Zaldy.
FAIZ NASHRILLAH