IHSG Diperkirakan Berpeluang Lanjutkan Koreksi

Reporter

Selasa, 30 Agustus 2016 08:25 WIB

Monitor menampilkan pergerakan saham di Mandiri Sekuritas, Jakarta, 8 April 2016. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi pasar saham global kembali kondusif. Namun, potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih akan terjadi. Akibatnya, pasar cenderung berhati-hati pada perdagangan hari ini.

Analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan bergerak bervariasi dan masih berpeluang mengalami koreksi. "IHSG diperkirakan bergerak di support 5330 hingga resisten di 5410," ujar David Sutyanto dalam pesan tertulisnya, Selasa, 30 Agustus 2016.

Pada perdagangan Senin kemarin, IHSG melanjutkan koreksinya, dipicu meningkatnya risiko pasar saham global dan minimnya insentif dari domestik. IHSG ditutup terkoreksi 68,067 poin (1,25 persen) di 5370,764. Ini merupakan posisi penutupan IHSG terendah dalam dua pekan terakhir, sejak perdagangan 16 Agustus 2016.

Pelaku pasar, kata David, khawatir dengan risiko pembalikan arus dana asing, menyusul menguatnya kemungkinan kenaikan tingkat bunga di AS pada pertemuan The Fed September mendatang.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin melemah 0,25 persen di Rp 13275. Pada perdagangan kemarin, nilai transaksi di Pasar Reguler menyusut menjadi Rp 4,87 triliun dibandingkan rata-rata harian selama pekan kemarin sebesar Rp 5,36 triliun. Pemodal asing pada perdagagan kemarin cenderung keluar dari pasar tercermin dari penjualan bersih mencapai Rp 151,40 miliar. Seluruh saham sektoral mengalami tekanan jual.

Koreksi IHSG kemarin sejalan dengan koreksi yang umumnya terjadi di pasar saham emerging market sebagaimana tercermin dari indeks saham The MSCI Emerging Market kemarin koreksi 0,6 persen.

Sementara Wall Street tadi malam berhasil rebound setelah koreksi selama tiga hari perdagangan sebelumnya. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,58 persen dan 0,52 persen di 18502,99 dan 2180,38. Pasar merespon positif data pengeluaran konsumsi yang meningkat di AS. Pengeluaran pribadi di AS Juli lalu naik 0,3 persen (mom).

Ini merupakan kenaikan bulanan untuk bulan keempat berturut-turut. Pendapatan warga di AS Juli lalu juga naik 0,4 persen sesuai estimasi sebelumnya. Dolar AS cenderung menguat merespon hal tersebut dan membuat harga minyak mentah koreksi 1,45 persen di US$ 46,95 per barel.

DESTRIANITA

Berita terkait

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

10 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

11 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

12 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

12 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

12 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

13 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

BEI Targetkan Ada 64 Ribu Investor Baru Pasar Modal di Solo Raya Tahun Ini

24 hari lalu

BEI Targetkan Ada 64 Ribu Investor Baru Pasar Modal di Solo Raya Tahun Ini

BEI menargetkan tahun ini bakal ada sebanyak 64.483 investor baru di pasar modal di Solo Raya.

Baca Selengkapnya

Ihwal Korupsi di Wilayah IUP-nya Terbongkar, Begini Penjelasan Lengkap PT Timah ke BEI

30 hari lalu

Ihwal Korupsi di Wilayah IUP-nya Terbongkar, Begini Penjelasan Lengkap PT Timah ke BEI

PT Timah buka suara usai Kejaksaan Agung menetapkan 16 nama tersangka dalam kasus tindak pidana korupsi tata niaga timah di wilayah IUP-nya.

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

45 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya