Pameran Gelar Produk Unggulan Jatim ini bertajuk "Sukseskan Pasar Dalam Negeri, Kuatkan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi, Wujudkan Kedaulatan Ekonomi Jatim" di Plasa Kementerian Perindustrian, Jakarta, (20/11). Tempo/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM telah melatih sebanyak 100 orang tenaga pendamping koperasi dan usaha mikro kecil menengah (KUMKM). Pelatihan itu dilaksanakan untuk mengetahui kesiapan dan membekali koperasi dan UMKM dalam menghadapi perdagangan bebas masyarakat ekonomi Asean (MEA).
Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Yuana Setyowati mengatakan pelatihan diselenggarakan di enam provinsi. Di antaranya Bali, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Batam. “Enam lokasi tersebut ditengarai menjadi pusat dan strategis sebagai tujuan wisata dan perdagangan,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 24 Agustus 2016.
Kementerian pada tahap awal memberikan pembekalan dari para narasumber yang kompeten. Upaya yang dilakukan fokus pada peningkatan daya saing produk dan usaha, serta kompetensi sumber daya manusia.
Yuana berujar, narasumber berasal dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) tentang standarisasi produk. Selain itu dari GarudaPreneur untuk membuka wawasan tentang MEA dan persaingan global dengan konsep e-commerce.
Yuana menambahkan para pelatih juga berasal dari pelaku usaha. Mereka memaparkan tentang strategi memasuki pasar ASEAN. Misalnya strategi memasuki pasar global, kepuasan konsumen, dan disain produk.
Menurut Yuana, KUMKM harus menerapkan langkah dan progran untuk menghadapi MEA. Caranya bisa dengan mengubah pola pikir dan sikap untuk bertransformasi. Tujuannya agar mampu memasuki ajang MEA. "Program pelatihan ini merupakan percontohan yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah dengan menggunakan dana APBD."
Yuana menargetkan dari 100 orang pendamping tersebut akan ada pemahaman yang sama bagi pengembangan pasar UMKM di daerah masing-masing. Mereka nantinya akan bersinergi dengan Pusat Layanan Usaha Terpadu KUMKM. “KUMKM membutuhkan sentuhan langsung dari para pendamping untuk mengeksplorasi pasar,” kata dia.
Yuana berharap para tenaga pendamping memiliki standardisasi dalam bentuk sertifikat. Termasuk tenaga pendamping yang ada di perguruan tinggi melalui inkubator bisnis di kampus masing-masing. Dengan memiliki standard dan sertifikat, tenaga pendamping akan profesional dan percaya diri mendampingi KUMKM menghadapi MEA.
Para pendamping nantinya dapat mendampingi para pelaku koperasi dan UMKM di enam provinsi tersebut. Yuana optimistis mereka mampu menjadi pendamping yang profesional untuk meningkatkan daya saing produk UMKM dari berbagai daerah.