Harga Bijih Besi Diprediksi Merosot pada Triwulan Keempat

Reporter

Senin, 8 Agustus 2016 23:00 WIB

Tempo/Firman Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Harga bijih besi naik hampir 60% sepanjang periode 2016. Meskipun demikian, harga diprediksi terkoreksi pada triwulan keempat akibat fundamental yang masih rentan.


Pada penutupan perdagangan Senin (8 Agustus 2016) harga bijih besi untuk kontrak September 2016 naik 2,16% atau 10,5 poin menjadi 497 yuan (US$74,66) per ton. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga sudah meningkat sebanyak 59,04%.


Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, menuturkan langkah pemerintah China yang memacu perekonomian melalui sektor jasa membuat adanya pemutusan kontrak 500.000 karyawan di sektor batu bara dan bijih besi. Hal ini memicu kenaikan harga kedua komoditas akibat berkurangnya produksi.


Selain itu, sentimen positif datang dari rilis Indeks PMI Manufaktur China Caixin periode Juli yang meningkat ke 50,6 dari Juni sebesar 48,6. Walaupun demikian, indeks PMI Manufaktur China versi pemerintah merosot ke level 49,9, jatuh di bawah ekspektasi 50,1.


"Adanya dua barometer PMI yang berbeda menimbulkan kewaspadaan akibat ketidakpastian. Karena ada kemungkinan indeks manufaktur September di bawah 50," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (8 Agustus 2016)


Advertising
Advertising

Secara teknikal pada kuartal III/2016 harga bijih besi berpeluang menembus level US$75-US$76 per ton. Namun harga bakal tersungkur dalam triwulan keempat akibat masih adanya surplus pasokan dan kenaikan suku bunga The Fed.


Dalam triwulan ketiga, perlambatan ekononomi global memicu bank sentral memangkas suku bunga dan menggelontorkan stimulus. Hal tersebut sudah dilakukan oleh Bank of England (BoE) dan Reverse Bank of Australia (RBA) dengan memotong suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin.


Tren suku bunga rendah dan penggelontoran stimulus membuat ekonomi lebih bergeliat, sehingga penyerapan komoditas turut meningkat. Di sisi lain, The Fed masih menahan langkah mengerek Fed Fund Rate (FFR) karena situasi yang belum stabil.


Adapun pada kuartal IV/2016, Bank Sentral AS membutuhkan kenaikan FFR untuk menarik likuiditas di bank-bank negara bagian sebesar US$2,5 triliun. Pengerekan suku bunga memicu penguatan dolar yang bakal memukul harga komoditas.


Fundamental bijih besi juga dinilai belum kuat, sehingga rentan terkoreksi faktor makro. Ibrahim menyebutkan, pada akhir 2015 pemerintah China memprediksi stok bahan baku baja itu di dalam negeri surplus hingga tiga tahun ke depan.


Berdasarkan data China Iron & Steel Association (CISA), tahun lalu produksi baja mentah China sudah mulai turun 2,3% menjadi 804 juta ton. Adapun stok di dalam negeri berkisar 1,2 miliar ton.


BISNIS.COM

Berita terkait

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

7 jam lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

3 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

3 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

5 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

8 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

11 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

13 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

29 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

30 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

30 hari lalu

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.

Baca Selengkapnya