TEMPO.CO, Surabaya – PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim berminat ambil bagian dalam pengampunan pajak atau tax amnesty. Bank Jatim mempersiapkan diri untuk menjadi bank persepsi meskipun pemerintah telah menunjuk beberapa bank BUMN dan satu bank pembangunan daerah, yakni Bank Jabar-Banten, untuk menampung dana hasil repatriasi.
“Kami berupaya memenuhi persyaratan-persyaratan,” kata Direktur Utama Bank Jatim Soeroso saat ditemui Tempo di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jatim I Surabaya, Jumat, 5 Agustus 2016.
Soeroso mengatakan pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan bank-bank BUMN. Ia bahkan mengungkapkan bahwa Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan bersedia memfasilitasi Bank Jatim. Tujuannya agar kerja sama produk perbankan antara Bank Jatim dan bank-bank lain lebih mudah.
Salah satu bank yang akan digandeng guna menyukseskan program pengampunan pajak ialah Bank Jabar-Banten (BJB). Dalam waktu dekat, Bank Jatim meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan BJB. “Kebetulan BPD yang masuk (daftar bank persepsi) baru BJB. Tapi, dengan kami masuk BJB, insya Allah dana untuk yang Jawa Timur dikasihkan ke kami,” tuturnya.
Lebih rinci, Soeroso menyebutkan nota kesepahaman antara BJB dan Bank Jatim berkaitan dengan dana repatriasi dan tebusan. Dana-dana yang dimiliki pengusaha Jawa Timur melalui BJB bisa dialihkan agar mereka menggunakan produk-produk Bank Jatim. “Kalau kami bisa bersinergi dengan bank BUMN dan BPD, itu akan luar biasa.”
Selain itu, Bank Jatim telah menjalin sinergi dengan asuransi bank (bank insurance). Tujuannya menjamin agar pengusaha-pengusaha Jawa Timur kelak menyimpan uangnya dan digunakan dalam pembangunan bagi pemerintah daerah. “Menurut saya, ini bagus supaya orang sama-sama kami fasilitasi.”
Untuk itu, bagian legal Bank Jatim dan BJB kini tengah menyamakan pandangan. Bank Jatim juga berupaya mempersiapkan produk-produk perbankan yang nantinya dikerjasamakan, seperti obligasi, giro, tabungan, dan deposito.
Meski potensinya besar, Soeroso tak bisa memberi gambaran lebih detail. “Karena pengusaha Jawa Timur sangat banyak. Tapi jumlahnya enggak bisa prediksi,” tuturnya.