Bank Sentral Tak Hanya Atasi Krisis Keuangan  

Reporter

Editor

Zed abidien

Senin, 1 Agustus 2016 12:15 WIB

Agus Martowardojo. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Nusa Dua - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai peran bank sentral sangat penting untuk mengembalikan stabilitas sekaligus meningkatkan pertumbuhan, tapi hanya mengatasi krisis. Karena itu, bank sentral tak boleh berhenti untuk menemukan inovasi kebijakan mencegah tekanan ekonomi jangka panjang.

“Fokusnya bukan lagi tentang inflasi yang akan didorong oleh ekspansi neraca bank sentral dan suntikan likuiditas besar,” kata Agus dalam sambutan Executives Meeting of East Asia-Pacific Central Banks (EMEAP) di Nusa Dua, Bali, 1 Agustus 2016.

Menurut Agus, bank sentral harus berupaya merangsang pertumbuhan ekonomi serta berfokus pada jumlah pengangguran, risiko tekanan finansial, alokasi sumber daya, dan ancaman stabilitas pasar. “Bank sentral bertanggung jawab moral untuk memperluas kebijakan dalam menanggapi tantangan itu.”

Dalam jangka panjang, Bank Indonesia telah mengeluarkan bauran kebijakan sebagai instrumen kebijakan moneter. Kebijakan bauran tersebut terdiri atas kebijakan BI Rate sebagai jangkar ekspektasi inflasi yang dilengkapi dengan fleksibilitas nilai tukar untuk mengurangi tekanan sektor eksternal.

Selain itu, ada manajemen arus modal (capital flow) untuk mengurangi ketidakpastian tekanan jangka pendek. Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan makroprudensial dan memperkuat kerja sama dengan pemerintah dalam seluruh kebijakan ekonomi.

Di sektor makroprudensial, Bank Indonesia akan segera menerapkan pinjaman dengan deposito 7 hari (7 day repo) terkait dengan pinjaman nilai agunan (loan to value) dan cadangan wajib (reserve requirement). “Kami menyesuaikan tingkat sesuai dengan kebutuhan sektor riil,” ucap Agus.

Reformasi BI Rate menjadi 7 day repo akan berlaku pada 19 Agustus 2016. Kendati demikian, Bank Indonesia masih menggunakan BI Rate selama masa transisi. Perubahan ini bertujuan meningkatkan suku bunga sebagai acuan utama di pasar keuangan. Selain itu, Bank Indonesia bermaksud mendorong transaksi dan mengembangkan struktur tarif antarbank dengan tenor dari tiga bulan menjadi 12 bulan.

Pendalaman pasar keuangan juga dilakukan dengan memperkuat Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) untuk membentuk struktur suku bunga pasar uang dari tenor delapan bulan menjadi 12 bulan. Bank Indonesia, tutur Agus, juga mempercepat transaksi repo di pasar uang dengan promosi perjanjian deposito umum (general master repurchase agreement) dan membuka banyak akses pasar ke pihak lawan.

PUTRI ADITYOWATI




Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

17 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya