BI: Kegiatan Usaha di Yogyakarta Alami Penurunan

Reporter

Rabu, 27 Juli 2016 23:03 WIB

Seorang wisatawan domestik berfoto di jalan Malioboro, Yogyakarta, (28/12). TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengindikasikan kegiatan usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta pada triwulan II/2016 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.


Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan BI menyebutkan penurunan itu tercermin dalam angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) atau dalam posisi negatif, sebesar -0,42%.


Penurunan kegiatan usaha didorong oleh penurunan realisasi kegiatan usaha pada sebagian sektor ekonomi, di antaranya sektor pertanian (SBT -2,65%), pertambangan (SBT -0,72%), konstruksi (SBT -5,11%), pengangkutan dan komunikasi (SBT -2,55%), serta sektor jasa (SBT -0,07%).


Deputi Kepala Perwakilan BI DIY Hilman Tisnawan mengatakan penurunan kegiatan usaha itu dikonfirmasi oleh penurunan volume penjualan yang disebabkan oleh masih lemahnya permintaan dalam negeri, seiring masih lemahnya perekonomian domestik.


“Sejalan dengan penurunan kegiatan usaha, rata-rata kapasitas produksi terpakai pada Triwulan II 2016 juga mengalami penurunan,” paparnya, Rabu (27 Juli 2016).


Advertising
Advertising

Hilman mengatakan rerata kapasitas produksi terpakai pada Triwulan II/2016 berada di level 66,76%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 76,97%. Namun demikian penggunaan tenaga kerja dan investasi masih terindikasi meningkat.


Penurunan kinerja dunia usaha juga terindikasi dari kinerja keuangan yang menurun. Saldo Bersih (SB) kondisi likuiditas selama 3 bulan terakhir tercatat sebesar 28,22% atau menurun dibandingkan 31,10% pada Triwulan I/2016 dan SB kondisi rentabilitas sebesar 31,29% atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 31,71%.


Terkait pembiayaan, dunia usaha menilai akses kredit perbankan relatif lebih mudah dibandingkan triwulan sebelumnya (tercermin dari SB 16,22%, meningkat dibandingkan -2,86% pada triwulan sebelumnya).


Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II 2016 terindikasi mengalami ekspansi, sebagaimana tercermin dari SBT sebesar 2,53%, meningkat dibandingkan SBT periode sebelumnya yang sebesar -0,87%.


“Ini sejalan dengan nilai Prompt Manufacturing Index (PMI) triwulan II/2016 sebesar 51,02%, meningkat dibandingkan PMI periode sebelumnya yang sebesar 48,80%.”


Berdasarkan komponen pembentuk PMI, katanya, ekspansi pada sektor industri pengolahan terutama disebabkan oleh ekspansi pada seluruh komponen indeks, kecuali volume persediaan barang jadi.


Kegiatan usaha pada triwulan III 2016 diperkirakan mengalami ekspansi. Optimisme para pelaku usaha ini tercermin dalam nilai SBT pada triwulan III 2016 sebesar 15,74%, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2016 yang sebesar -0,42%. Peningkatan kegiatan usaha pada triwulan III 2016 diperkirakan terjadi pada seluruh sektor kecuali sektor konstruksi.


Ekspansi kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan berlanjut pada triwulan III 2016. Hal ini sebagaimana tercermin dari PMI yang berada pada fase ekspansi dengan indeks 51,48%. Berdasarkan komponen pembentuknya, ekspansi terutama didorong oleh peningkatan indeks volume produksi dan indeks volume persediaan barang jadi masing-masing sebesar 13,89% dan 5,19%.


BISNIS.COM

Berita terkait

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

13 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

15 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

4 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya