Semester I, Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 3,59 M  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Jumat, 15 Juli 2016 14:30 WIB

Pengerajin melihat tas berbahan dasar kulit ular yang telah selesai dibuat di bengkelkerja di Cibitung, Jawa Barat, 12 April 2016. roduk tersebut di eksporke beberapa negara yakni Singapura, Korea dan Rusia. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik baru saja merilis data ekspor dan impor Indonesia selama periode Januari-Juni 2016. Dalam semester I 2016, BPS melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 3,59 miliar.

Surplus ini, menurut Kepala BPS Suryamin, disebabkan oleh neraca perdagangan Juni 2016 yang juga surplus. Nilai ekspor pada Juni 2016 menjadi yang tertinggi sejak Juli 2015.

“Barangkali karena pengaruh bulan puasa dan Lebaran,” kata Suryamin dalam paparannya di gedung BPS, Jumat, 15 Juli 2016.

Surplus neraca perdagangan pada Juni 2016 mencapai US$ 900,2 juta, ekspor US$ 12,92 miliar, dan impor US$ 12,02 miliar. Angka tersebut terdiri atas sektor non-minyak dan gas senilai US$ 11,73 miliar, naik 11,12 persen dari Mei 2016, dan sektor migas senilai US$ 1,19, yang naik 23,92 persen dari Mei 2016.

Dengan begitu, nilai ekspor pada Juni 2016 naik 12,18 persen dibanding Mei 2016. Namun bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angkanya turun 4,42 persen. Pada Juni 2015, nilai ekspor migas dan non-migas Indonesia mencapai US$ 13,51 miliar.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada semester I 2016 mencapai US$ 69,51 miliar. Angka ini turun 11,37 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai impor semester I tahun ini sebesar US$ 65,92 miliar

Untuk sektor non-migas, pada semester I 2016 nilainya US$ 63,01. Angka tersebut turun 7,92 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Share terbesarnya berasal dari lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$ 7,29 miliar dan bahan bakar mineral sebesar US$ 6,47 miliar.

Peningkatan terbesar ekspor non-migas pada Juni 2016 terhadap Mei 2016 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam US$ 247,4 juta (128,73 persen). Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada benda-benda besi dan baja sebesar US$ 100,7 juta (52,23 persen).

Ekspor non-migas Indonesia pada semester I 2016 terbesarnya ke Amerika Serikat dengan nilai US$ 7,88 miliar. Disusul Jepang US$ 6,42 miliar dan Cina US$ 6,08 miliar. Sedangkan ekspor ke Uni Eropa yang terdiri atas 28 negara mencapai US$ 13,72 miliar, dan ekspor non-migas ke ASEAN US$ 7,03 miliar.

BAGUS PRASETIYO | ARDITO RAMADHAN

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

6 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

9 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

8 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

10 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

10 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

10 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

10 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

10 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya