AIPGI: Pembatasan Impor Garam Bukan Solusi  

Jumat, 24 Juni 2016 23:01 WIB

Petani Garam di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandang Haur, Pantura, Jawa Barat, Senin (22/8). Harga garam dipasaran mengalami penurunan dari Rp 700 per kilogram menjadi Rp 500 per kilogram. Penurunan harga dikarenakan impor garam dari India dan Australia. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) menilai pembatasan impor garam bukan solusi meningkatkan produktivitas petani garam lokal. Sebab, terdapat perbedaan kualitas dan kualifikasi antara garam impor dan garam lokal.

"Garam lokal bisa untuk konsumsi, tapi tidak bisa digunakan untuk industri karena kualifikasi yang dibutuhkan berbeda," ujar Ketua AIPGI, Tony Tanduk, di kawasan SCBD, Jakarta, Jumat, 24 Juni 2016.

Tony mengatakan pemanfaatan garam lokal kualifikasinya cocok untuk pengasinan ikan dan konsumsi langsung. Namun tak sesuai dengan kualifikasi garam yang dibutuhkan industri. "Garam lokal kita kan mudah hancur, enggak sesuai. Industri tidak bisa pakai yang seperti ini," katanya.

Kebutuhan garam dalam negeri setiap tahun, kata Tony, mencapai 3,2 juta ton. Pengasinan ikan membutuhkan garam sekitar 400 ribu ton, konsumsi langsung manusia 700 ribu ton, industri dan aneka pangan 400 ribu ton. Selanjutnya kebutuhan industri kimia (bleaching) dan industri kimia polimer (petrokimia) sebesar 1,9-2 juta ton, serta kosmetik dan farmasi sekitar 300 ribu ton.

Sementara itu, total produksi petani garam lokal baru sebanyak 1,6 juta ton dengan luas lahan 26 ribu hektare. Selanjutnya, data stok dan kualitas garam lokal menurut Tony masih simpang-siur, sehingga fungsi kontrol pemerintah untuk memastikan produktivitas garam dipertanyakan. "Saya heran, kata Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi kita meningkat tapi fakta lahan kita menurun," ujarnya.

Menurut Tony, perbaikan sistem pendataan yang transparan perlu dilakukan dengan menggunakan data valid hasil produksi garam lokal. "Jadi, bisa disampaikan secara resmi dan rinci posisi dan serta stoknya," ucapnya. Ada sekitar 20 sentra garam di seluruh Indonesia, dengan sentra unggulan terletak di Madura, Pantura, Rembang, Flores, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). "Jangan sampai kita gembar gemborkan produksinya sekian tapi barangnya enggak jelas."

Sebagai solusi, kata Tony, yang diperlukan adalah reformasi di sektor hulu, yaitu peningkatan kualitas. Berikutnya, peningkatan kemitraan industri pengguna dan kelompok petani garap serta pembentukan tim pengendali dan pengawas.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

13 jam lalu

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

17 jam lalu

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

Presiden Jokowi juga menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang Indonesia pakai masih didominasi barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

18 jam lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

23 jam lalu

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulhas Tegaskan Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan soal Barang Bawaan Impor

1 hari lalu

Mendag Zulhas Tegaskan Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan soal Barang Bawaan Impor

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan bakal menegakkan aturan soal pelaku usaha jasa titip atau jastip yang berbelanja barang titipan orang lain dari luar negeri. Ia meminta agar Bea Cukai menertibkan pelaku usaha jastip yang masih bandel terhadap aturan.

Baca Selengkapnya

Revisi Permendag 7/2024, Menteri Zulhas Pastikan Impor Tepung Terigu dan Pelumas Tidak Lagi Dibatasi

1 hari lalu

Revisi Permendag 7/2024, Menteri Zulhas Pastikan Impor Tepung Terigu dan Pelumas Tidak Lagi Dibatasi

Untuk beberapa komoditas bahan baku industri, aturan dikembalikan lagi ke Permendag 25/2022.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulhas Jamin Permendag Pengaturan Impor untuk Selesaikan Barang Kiriman PMI yang Masih Tertahan

1 hari lalu

Mendag Zulhas Jamin Permendag Pengaturan Impor untuk Selesaikan Barang Kiriman PMI yang Masih Tertahan

Menteri Perdagangan Zulkfili Hasan alias Zulhas memastikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 yang mulai berlaku hari ini, bisa dipakai untuk penyelesaian kasus-kasus penyitaan barang kiriman dari pekerja migran Indonesia atau PMI yang masih tertahan.

Baca Selengkapnya

Revisi Permendag Soal Impor Berlaku Hari Ini, Mendag Zulhas Klaim Tidak Ada Masalah Lagi

1 hari lalu

Revisi Permendag Soal Impor Berlaku Hari Ini, Mendag Zulhas Klaim Tidak Ada Masalah Lagi

Permendag 36/2023 tentang Pengaturan Izin Impor pernah mendapat protes dari berbagai kalangan.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

2 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

3 hari lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya