Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo. ANTARA/Widodo S. Jusuf
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan isu keputusan Inggris tetap bertahan atau keluar dari organisasi kawasan Uni Eropa (British Exit atau Brexit) tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan mata uang rupiah. Hari ini, kurs rupiah terhadap dolar dibuka berada di posisi Rp 13.286. Dalam perdagangan kemarin, rupiah menguat 98 poin dari angka Rp 13.358 ke Rp 13.260.
"Sekarang ini masuk periode risk on artinya flight from quality, untuk rupiah ada cenderung menguat," ujar Agus, seusai rapat bersama Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 21 Juni 2016.
Fakta ini, menurut Agus, berbeda dibanding kondisi Mei lalu yang saat itu masih banyak spekulasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Rate.
Tak hanya penguatan rupiah, credit default swap juga mengalami perbaikan. Lebih lanjut, hal ini diharapkan dapat berdampak positif terhadap stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Agus menambahkan, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen di postur sementara Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2016. Angka tersebut masih berada dalam prediksi range yang ditentukan BI sebelumnya, yaitu antara 5-5,4 persen.
Agus mengatakan dalam rapat pembahasan di Komisi Keuangan DPR, BI dan Dewan sebenarnya sependapat soal target pertumbuhan ekonomi 5,1 persen. "Tapi kami dapat memahami apabila pertumbuhan ekonomi lebih dari 5,2 persen adalah kondisi tax amnesty belum dimasukkan," ucapnya.
Agus menuturkan penerimaan negara yang masuk dari implementasi tax amnesty (pengampunan pajak) nantinya diharapkan dapat mendukung pengeluaran pemerintah dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi dunia yang tengah melambat juga tetap harus diwaspadai. "Pertumbuhan ekonomi dunia belum menunjukkan perbaikan, sedangkan di dalam negeri belum didukung oleh permintaan yang memadai."